Jumat, 23 November 2012

Rabu, 25 Juli 2012

Lap. Keu. Q 2 - 2012



  • PT Arwana Citramulia Tbk memperoleh laba bersih pada periode Juni 2012 sebesar Rp65,966 miliar atau naik sebanyak 31,66% dibanding tahun sebelumnya pada periode Juni yang hanya mencapai Rp50,103 miliar. laba per saham pada periode Juni 2012 yaitu Rp35
  • PT Greenwood Sejahtera Tbk (GWSA) mencatatkan laba bersih atau laba komprehensif yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 271,57 miliar dana laba bersih per saham dasar Rp 34,81 selama semester pertama tahun 2012 
  • PT United Tractors Tbk hingga semester pertama tahun ini meraih kenaikan laba bersih sebesar 21,54 persen menjadi Rp3,08 triliun atau Rp828 per saham dibandingkan laba semester pertama tahun sebelumnya yang sebesar Rp2,54 triliun atau Rp748 per saham

Minggu, 15 Juli 2012

REPO (Repurchase Agreement)


Transaksi REPO (Repurchase Agreement)

Dalam pasar uang dan pasar modal, dikenal adanya transaksi Repurchase Agreements atau yang biasa disebut REPO. Sebenarnya seperti apakah REPO itu ? 
Repurchase Agreement (REPO) adalah transaksi penjualan instrumen efek antara dua belah pihak yang diikuti dengan perjanjian dimana pada tanggal yang telah ditentukan di kemudian hari akan dilaksanakan pembelian kembali atas efek yang sama dengan harga tertentu yang telah disepakati.
REPO juga berfungsi seperti secured loan, dimana pihak pembeli akan memperoleh instrumen efek sebagai ‘jaminan’ atas jumlah dana yang diserahkan kepada pihak penjual. Pada saat yang disepakati, bila sejumlah dana dibayarkan kembali dari pihak penjual kepada pihak pembeli, maka instrumen efek tersebut juga dikembalikan dari pihak pembeli kepada penjual.  Walaupun dari mekanismenya mirip seperti pinjaman, namun dari sudut pandang hukum, dalam transaksi REPO terjadi perpindahan kepemilikan atas efek yang ditransaksikan.
Instrumen yang biasanya digunakan dalam transaksi REPO diantaranya adalah Obligasi korporasi, Obligasi Negara (Surat Utang Negara), SBI (Sertifikat Bank Indonesia) dan Saham.
Transaksi Repo merupakan salah satu alternatif atau memiliki peluang investasi keuangan. Hal ini dapat dilihat dari sisi pembeli (buyer), dimana mereka akan memperoleh return untuk jangka waktu pendek (short term) dengan tingkat bunga menarik dan relative aman karena pihak pembeli akan memegang jaminan berupa asset atau efek milik penjual. Efek tersebut juga bisa digunakan untuk menghindari terjadinya short positions. Sedangkan dari sisi penjual, tranasksi Repo merupakan alternatif sumber pendanaan yang relatif murah (cheap funding cost) dan aman, dengan cara menyerahkan atau menjaminkan asetnya yang berupa efek tersebut.
Dilihat dari jatuh temponya, REPO dapat dibedakan menjadi 3 jenis :
  • Overnight : jatuh tempo dalam satu hari
  • Term : jatuh tempo dalam kurun waktu tertentu
  • Open Repo : tidak ditentukan jatuh temponya.
Yang paling umum adalah Overnight (hanya satu hari) dan Term Repo, dengan tanggal jatuh tempo yang telah ditentukan dan disepakati kedua belah pihak dalam Repurchase Agreement, bisa sampai 1 (satu) bulan atau lebih.
Sedangkan dilihat dari transaksinya, terdapat 2 metode yang biasa digunakan, yaitu :
  • Classic Repo, atau semacam Collateralized Borrowing, dimana dalam Repo tersebut kepemilikan Efek akan tetap berada pada pihak Seller/penjual. Efek tersebut tidak dapat ditransfer atau dijual kembali sebelum tanggal transaksi Repo tersebut jatuh tempo. 
  • Sell/Buy Back Repo, transaksi yang melibatkan suatu transfer efek dan dana dimana kepemilikan efek tersebut juga berpindah ke pihak Buyer/pembeli.
Dalam transaksi Sell/Buy Back Repo, terdapat dua kali proses pemindahbukuan. 
Sebagai contoh;  misalkan Broker A bertransaksi Repo jual dengan Bank B, maka pada tanggal penyelesaian pertama (biasa disebut 1st leg) terjadi perpindahan efek dari Broker  A ke Bank B yang diikuti pula dengan perpindahan dana dari Bank B ke Broker A. Sedangkan pada tanggal penyelesaian kedua (biasa disebut 2nd leg yang juga merupakan jatuh tempo Repo), jumlah dan instrument efek yang sama akan berpindah dari Bank B ke Broker A yang diikuti dengan perpindahan dana sesuai dengan kesepakatan dari Broker A ke Bank B. Umumnya, harga pada saat penebusan lebih tinggi dibandingkan harga penjualan.
Istilah Reverse Repo digunakan untuk menggambarkan kejadian sebaliknya dari transasksi Repo. Jika penjualan efek dengan perjanjian membeli kembali disebut transaksi Repo, maka Reverse Repo merupakan pembelian efek yang ditawarkan dalam transaksi Repo untuk dijual kembali, atau juga disebut Buy/Sell Back, karena Reverse Repo merupaka transaksi Repo Jual bila dilihat dari sudut pandang pembeli (buyer). 
Dalam pelaksanaan transaksi Repo, terdapat beberapa issue atau kendala yang dihadapi oleh para pihak, diantaranya adalah :
  • Dari aspek akuntansi, pedoman standar akuntansi hanya mengakomodir pencatatan transaksi Repo dengan model Classic Repo, dimana aset tetap dicatatkan sebagai milik pihak penjual (seller). Sedangkan berdasarkan metode Sell/Buy Back Repo, sebenarnya terjadi peralihan kepemilikan aset kepada pihak pembeli (buyer).
  • Dari aspek hukum, apabila terdapat sengketa antara pihak yang bertransaksi, ada resiko bahwa pengadilan akan mengkatagorikan transaksi Sel/Buy Back Repo sebagai transaksi pinjam meminjam dengan jaminan (collateralized borrowing).
  • Dari aspek perpajakan, terdapat potensi pengenaan pajak berganda (dua kali), yaitu pada 1st leg dan pada 2nd leg transaction, karena seolah-olah transksi tersebut dilakukan dua kali, padahal transaksi ini merupakan satu rangkaian transaksi Repo.
Transaksi Repo dilakukan para pihak sesuai dengan kesepakatan masing-masing pihak. Agar terdapat standar dan keteraturan dalam perjanjian atau kesepakatan antar pihak, maka telah ditentukan suatu perjanjian standar transaksi Repo berupa Master Repurchase Agreement (MRA), khususnya untuk transaksi Repo atas SUN dan SBI.
Beberapa hal yang perlu dicantumkan dalam MRA adalah :
Tata cara transaksi, mekanisme pembayaran dan pengalihan aset, pemeliharaan marjin, bagaimana bila tejadi wanprestasi, pengakhiran perjanjian, penyelesaian sengketa, dan dilampiri dengan dokumen-dokumen pendukung. 

Jumat, 22 Juni 2012

Banyak Tahu , Makin Bingung ?

Banyak orang yang semakin bingung dengan apa yang telah ia pelajari. Semakin banyak yang dia tahu, semakin dia tidak mengerti apa yang harus dilakukan (wait & see). Anda mungkin pernah punya keinginan mempelajari apa itu sih dari chart pattern, candlestick, fundamental, dan apa saja yang berhubungan dengan trading.

Semakin Anda belajar, seharusnya tentu semakin banyak yang Anda tahu. Tapi yang selama ini terjadi , kadangkala karena Anda tahu terlalu banyak, malah semakin menjadikan balance akun Anda berkurang dan merugi. Berarti dari pembelajaran yang Anda gunakan masih ada kesalahan yang membuat akun tidak bisa berkembang.

Banyak Teori
Kadang apa yang Anda pelajari hanya terfokus dari banyaknya teori . Mempelajari tapi hanya dihafal dan terfokus pada teori tersebut. Contoh saja waktu Anda mempelajari candlestick atau pattern, disitu terdapat informasi mengenai hanging man, harami, bullish engulfment, doji, dan lain-lain.

Ketika Anda menghadapi market sesungguhnya, biasanya apa yang Anda pelajari akan diingat dan mencoba untuk menyamakan teori dengan yang ada dichart saat ini. Begitu ada persamaan sedikit, Anda akan menyimpulkan bahwa harga akan langsung buy atau turun sell (Robot Trader) History repeat itself ?

Perlu diingat, janganlah terikat pada teori-teori teknikal maupun fundamental saja, tapi menerapkan dan memahami dari teori merupakan hal yang sebenarnya harus Anda jalani. Untuk bisa memahami teori yang dipelajari, gunakanlah beberapa yang umum ada dipasar, fokuskan pada pasar, dan lihatlah sesuai dengan harga yang mendasarinya. See the real market.

Action
Punya sedikit teori tapi jika Anda gunakan untuk analisa secara maksimal , akan jauh lebih sukses membuat akun berkembang ketimbang memiliki banyak teori tapi tidak digunakan. Sebagai contoh ada orang yang belajar teknik dan strategi yang jitu, setelah berselang beberapa waktu ternyata ada kendala yang membuat orang tersebut tidak menggunakannya lagi. Setelah bertahun-tahun lamanya teknik yang tidak terasah akhirnya hilang dan musnah. Suatu ketika ada orang yang sukses menggunakan teknik tersebut, dan ia tanya bagaimana bisa menggunakan teknik itu padahal waktu belajar dahulu ada banyak rintangan dan hambatan yang selalu ada.

Setelah dijelaskan, orang sukses tersebut hanya mempelajari teknik tsb dan menggunakannya terus menerus sampai saat ini. Hanya teknik itu saja yang orang sukses itu bisa, hanya cara itu saja yang dipunyai oleh orang sukses tersebut, sehingga ia menjadi sukses sampai saat ini berkat pemahaman yang dipelajari tanpa terlintas rintangan oleh banyaknya teori-teori yang ada disekelilingnya. Ketekunan & pengalaman adalah guru paling berharga.
Kesimpulan
Keberhasilan seseorang dalam mempelajari analisa teknik dan analisa fundamental bukan ditentukan dari banyaknya teori yang dihafal tanpa praktek. Bukan pula dari seberapa banyak yang sudah Anda ingat. Melainkan seberapa mampu Anda menerapkan apa yang telah Anda pelajari pada semua keputusan transaksi trading Anda.

Rabu, 09 Mei 2012

S U G I








SUGI akan menggunakan Rp 2,07 triliun untuk mengakuisisi 100% saham Eastwin Global 

Investment Ltd  dari Roots Capital. Eastwin Global Investment Ltd memiliki 49% saham 

(participating interest) dalam Blok Lemang PSC. . .. . . pada Februari 2012, kedua pihak 

menandatangani perjanjian jual-beli saham Eastwin dengan nilai transaksi sebesar US$230

juta. Sementara itu, sekitar 12,28% dana hasil rights issue tersebut digunakan untuk


 membiayai  belanja modal (capex) pada Blok Lemang PSC pasca akuisisi.  Sedangkan 


sisanya untuk modal kerja pada Blok Lemang PSC, seperti biaya umum.






Bagoes menjelaskan bahwa Blok Lemang PSC adalah blok eksplorasi migas yang diberikan 

oleh BP Migas pada 2007 dengan luas sekitar 3.890 km2. Lapangan migas ini, berdasarkan 

hasil analisis perusahaan konsultan migas internasional Messrs DeGolyer and MacNaughton 

(D&M), memiliki cadangan prospektif sebesar 511,199 juta barel minyak mentah dan 467,802 

miliar kaki kubik gas. Lokasi blok Lemang di Provinsi Jambi dan berdekatan dengan Blok 

Jabung yang dioperasikan oleh PetroChina International (Jabung) Ltd.



PT Sugih Energy Tbk (SUGI) sedang menyiapkan aksi korporasi 

berikutnya, setelah mengakuisisi Eastwin Global Investment Ltd. 


Perseroan berniat mengakuisisi sejumlah blok minyak dan gas 


(migas) guna mengisi pendapatan tahun ini. 



Andhika Anindyaguna, Direktur SUGI mengatakan, saat ini setidaknya 


ada tiga blok migas yang sedang dibidik. "Lokasinya ada di Sumatera, 


ketiganya sudah dalam tahap produksi," ujarnya beberapa waktu lalu


Selasa, 08 Mei 2012

Dividen

Jadwal cum dividen

10 Mei -BBNI@62,48


10Mei -Merk @8270


10Mei-Tins@89,09


10Mei -BBTN@25,31334


14Mei-TIFA@9

14Mei-INCO@$0.0086

14Mei-ASGR@50

14Mei-TRIO@22

15 Mei-BMRI@104,96609

16Mei-ASII@1380

21Mei-ROTI@28,63

21Mei-BBLD@20

21Mei-BPFI@5

21Mei-MTLA@2,81

21Mei-IMAS@118

21Mei-MKPI@150

22Mei-HMSP@1050

23Mei -ASII@1380

23Mei- WIKA@17,282

25Mei-KKGI@200

29Mei-ADRO@$0,00705

29Mei-PTBA@700,10

5Jun-DLTA@11.000



Jumat, 04 Mei 2012

B.I.S.I


PT Bisi International Tbk (BISI) berhasil membukukan kinerja gemilang sepanjang kuartal I 2012. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, laba bersih perseroan tercatat naik 62,86% dari Rp 42,12 miliar menjadi Rp 68,6 miliar. 




Di samping mengembangkan pasar dalam negeri, perseroan juga akan meningkatkan ekspor ke luar negeri. Perseroan telah mengembangkan ekspor ke China, India, Philipina, Jepang, Vietnam, dan Malaysia. Jemmy mengungkapkan bahwa pihaknya akan meningkatkan ekspor benih jagung ke India. Menurutnya, India memiliki karakter iklim dan tanah yang mirip dengan Indonesia, sementara jumlah penduduknya dua kali lipat Indonesia. 



PT. BISI International, Tbk. merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang perbenihan tanaman pangan dan hortikultura. Dalam pengembangan produknya, perusahaan yang berdiri pada tahun 1983 ini selalu menerapkan teknologi pemuliaan tanaman dengan menggabungkan penelitian lapangan dan laboratorium, sehingga mampu menghasilkan produk benih yang berkualitas, berdaptasi luas, tahan hama penyakit dan berproduksi tinggi. Sebagai perusahaan multinasional yang senantiasa mengikuti perkembangan teknologi dan memiliki fasilitas laboratorium yang modern pabrik dan laboratorium  PT. BISI International, Tbk. telah mendapatkan kepercayaan dari pemerintah sebagai Instalasi karantina tumbuhan dan memiliki wewenang untuk mengevaluasi kesehatan benih karena memiliki Sertifikat Karantina Mandiri yang diterbitkan melalui SK Menteri tahun 2006.

Disamping itu PT. BISI International, Tbk. juga mendapatkan Akreditasi Sistem Mutu dari Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura LSSM - BTPH pada tahun 2000. Juga pada tahun 2005 mendapat Sertifikat untuk Sertifikasi Sistem Managemen Mutu sesuai standar SNI dan LSSM - BTPH dan KAN (Komite Akreditasi Nasional). Ditahun yang sama, PT. BISI International, Tbk. mulai mengembangkan Eksport hingga ke Mancanegara antara lain China, Philipina, Jepang, Vietnam dan Malaysia yang kemudian dikembangkan lagi pemasarannya ke India pada tahun 2008. Upaya ini menunjukkan karya perbenihan Bangsa Indonesia telah diakui kualitasnya oleh pihak Luar Negeri.

DEPT. PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK (R&D). Tim penelitian dan pengembangan produk melakukan pengamatan melalui penerapan teknologi pemuliaan tanaman dengan menggabungkan penelitian lapangan dan penelitian laboratorium, sehingga produk yang dihasilkan merupakan benih tanaman yang berkualitas tinggi, tahan hama penyakit, memiliki adaptasi yang luas, cita rasa enak dan diminati oleh petani pengguna dan konsumen hasil panen.  Hingga saat ini departemen penelitian dan pengembangan produk BISI telah memiliki lahan pengujian dan penelitian yang terletak  pada dataran rendah, menengah dan tinggi  yang tersebar diseluruh Indonesia. Lahan pengujian dan penelitian tersebut diantaranya berlokasi di Sumberagung, Kencong, Kambingan, Pujon, Karang Ploso, Lembang, Citapen, Mataram, Brastagi, Lampung dan Subang.

Farm RD Sumberagung, terletak di desa Sumberagung, kecamatan Plosoklaten, Kabupaten  Kediri, dengan total luas 6 hektar.  Farm Sumberagung telah dilengkapi sarana dan prasarana penelitian dan pengujian varietas introduksi, gedung proses dan produksi benih yang dilengkapi peralatan produksi dengan standarisasi kualitas perbenihan yang berlaku, gudang penyimpanan benih yang berupa ruang pendingin, gedung laboratorium Biotech, gedung Pengujian Mutu (Quality Assurance / QA) dan gedung pusat managemen PT. BISI.

Farm RD Kencong, memiliki luas lahan 10 hektar yang terletak di desa Kencong, kecamatan Kepung, kabupaten Kediri. Dengan ketinggian 150 meter dari permukaan air laut, farm kencong difungsikan sebagai lahan pengujian dan penelitian untuk menemukan varietas unggul tanaman hortikultura dataran rendah sampai menengah serta kegiatan produksi varietas tanaman hibrida F1.

Farm RD Kambingan terletak di desa Kambingan, kecamatan Pagu, kabupaten Kediri, dengan total luas lahan 10 hektar. Lahan RD ini difungsikan untuk pengujian varietas introduksi dan penelitian untuk menemukan varietas unggul baru tanaman jagung, jagung manis dan padi. Varietas unggul yang telah dihasilkan Farm RD Kambingan adalah Jagung Hibrida BISI 2, Padi Hibrida INTANI, Jagung manis hibrida Sweet Boy dan lain-lain.

Farm RD Pujon terletak di kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, dengan luas lahan 3.4 hektar. Farm Pujon dengan ketinggian 1000 meter dari permukaan air laut difungsikan sebagai lokasi pengujian dan penelitian untuk menemukan varietas unggul baru tanaman sayur hortikultura dataran tinggi melalui penerapan tehnologi pemuliaan tanaman.

Farm RD Karang Ploso terletak 10 kilometer dari kota Malang tepatnya di desa Ngijo, kecamatan Karang Ploso, kabupaten Malang dengan ketinggian 550 meter dari permukaan air laut dengan luas lahan 15 hektar.  Lokasi ini digunakan sebagai lokasi pengujian dan penelitian varietas introduksi tanaman sayuran dataran menengah, jagung, padi, dan varietas tanaman bersari bebas dan hibrida dengan tehnologi pemuliaan tanaman.

Farm RD Lembang dengan luas lahan 16.4 hektar dan berada pada ketinggian 1000 meter dari permukaan air laut, difungsikan sebagai lokasi pengujian dan penelitian untuk menemukan varietas unggul baru tanaman sayur hortikultura dataran tinggi melalui penerapan tehnologi pemuliaan tanaman.

Farm RD Citapen merupakan lahan BISI yang terletak di desa Citapen, kecamatan Ciawi kabupaten Bogor dengan total luas 5 hektar dan ketinggian 600 meter dari permukaan air laut.  Farm ini difungsikan sebagai lokasi pengujian varietas introduksi maupun varietas hasil dari penelitian dan pengembangan tanaman horti maupun tanaman pangan untuk pengujian adaptasi tanaman pada dataran menengah.

Farm RD Mataram, merupakan lahan penelitian yang terletak di desa Bagik Polak, kecamatan Labuapi, kabupaten Lombok Barat dengan ketinggian 20 meter dari permukaan air laut.  Lahan seluas 60 hektar ini difungsikan sebagai lahan percontohan dan pengujian varietas introduksi serta varietas hasil penelitian BISI untuk adaptasi tanaman pada dataran rendah.

Farm RD Brastagi dengan luas lahan 6 hektar, Farm Brastagi dengan ketinggian 1000 meter dari permukaan air laut difungsikan sebagai lokasi pengujian dan penelitian untuk menemukan varietas unggul baru tanaman sayur hortikultura dataran tinggi melalui penerapan tehnologi pemuliaan tanaman.

Farm RD Lampung merupakan lahan BISI dengan total luas 20 hektar yang difungsikan sebagai lokasi pengujian varietas introduksi serta varietas hasil penelitian BISI untuk adaptasi tanaman pada dataran rendah (ketinggian 50 meter dari permukaan air laut).

Farm RD Subang terletak pada ketinggian 10 meter dari permukaan air laut. Farm Subang memiliki total lahan seluas 60 hektar difungsikan sebagai lahan percontohan dan pengujian varietas introduksi serta varietas hasil penelitian BISI untuk adaptasi tanaman pada dataran rendah.

Selain lahan-lahan penelitian  dan pengujian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjangnya, BISI juga melengkapi diri dengan beberapa sarana laboratorium. Diantaranya : Laboratorium Perkecambahan dan Laboratorium Bioteknologi. Laboratorium Bioteknologi terdiri dari Laboratorium Fitopatologi, Laboratorium Kultur Jaringan, Laboratorium Fisiologi dan Laboratorium Molekuler Breeding. Serangkaian penelitian laboratorium yang dilakukan secara menyeluruh merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menunjang penelitian lapangan guna mendapatkan varietas benih tanaman yang unggul.

DEPARTEMEN PRODUKSI. Departemen produksi terdiri dari produksi jagung, produksi padi, produksi sayuran hibrida dan sayuran bersari bebas atau OP.  Sebagai upaya penyediaan benih yang berkualitas dan memenuhi enam asas tepat, yakni tepat varietas, tepat jenis, tepat mutu, tepat jumlah, tepat lokasi dan tepat harga, perusahaan bekerja sama dengan petani-petani binaan untuk memproduksinya. Selain memberikan bimbingan secara langsung kepada petani binaan, tim produksi juga terjun langsung dalam melakukan pengawasan, mulai saat pembibitan, penanaman, pemeliharaan tanaman sampai dengan panen.  Pemrosesan benih dilakukan melalui serangkaian pengawasan yang sesuai dengan standarisasi mutu produk yang juga dilakukan oleh perbenihan internasional.

DEPARTEMEN QUALITY CONTROL (QC). Departemen QC berperan aktif dalam pengawasan produksi benih mulai persiapan benih induk, lahan penanaman, pengujian kadar air, daya tumbuh dan vigor tanaman, sampai benih siap dikemas dan dipasarkan. Dengan demikian produk benih tanaman yang diproduksi dapat memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan dan standarisasi perbenihan yang berlaku.  Hingga saat ini telah 122 varietas benih tanaman unggul yang telah diproduksi dan dirilis serta telah mendapat respon yang baik dari pasar.  Benih varietas tanaman unggul tersebut, adalah : Jagung, padi, cabai, tomat, mentimun, terong, kacang panjang, melon, semangka, kubis, jagung manis, paria, sawi putih, selada, lobak, bayam, kangkung, kol bunga, brokoli, buncis, sawi, gambas, spinach, seledri, kalian, waluh dan blewah.

Benih-benih tanaman yang telah lulus uji, dalam penyimpannya ditempatkan dalam ruang kontrol khusus yang kondisi temperatur, kelembaban dan tekanannya disesuaikan dengan standar penyimpanan, serta selalu mendapatkan pengawasan yang ketat dan diatur oleh tenaga-tenaga professional. Pada tanggal 21 Maret tahun 2000 sampai saat ini, BISI merupakan salah satu perusahaan yang telah mendapatkan sertifikat akreditasi oleh pemerintah Indonesia dalam melakukan sertifikasi benih-benih yang dihasilkan. Ini merupakan wujud kepercayaan pemerintah akan totalitas kegiatan perbenihan yang dilakukan oleh  BISI.  Atas upaya dan kontribusi dalam bidang pertanian, BISI, telah mendapatkan penghargaan dari pemerintahan Indonesia yaitu Piagam Tanda Kehormatan Satya Lencana Wira Karya dan Piagam Penghargaan dalam Pengembangan Jagung Hibrida.

Minggu, 29 April 2012

KARK




PT Dayaindo Resources International Tbk (KARK)  berencana investasi senilai Rp 1,25 triliun pada 2012.
Dana ini akan digunakan untuk membeli 20 unit tongkang dan peningkatan cadangan batubara menjadi 50 juta ton. Perseroan berencana melepas saham anak usaha Daya Mandiri Resource Indonesia pada tahun-2012 dengan menargetkan dana perolehan sebesar Rp 350-400 miliar berdasar lap keu akhir thn 2011.
Adapun perseroan menargetkan pertumbuhan pendapatan tahun 2012 sebesar 20% dari realisasi tahun 2011. Sementara pendapatan tahun 2011 diperkirakan mencapai Rp 1,7 triliun.,Artinya, target pendapatan KARK tahun 2012 mencapai Rp 2,04 triliun.  

Seiring beroperasinya tambang nikel perseroan di Luwuk, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. Perseroan menargetkan produksi bijih nikel tahun 2012 mencapai 1,2 juta ton. 



saham Kark mulai banyak dikoleksi di harga nego Rp. 25-30,- karena banyak bandar sudah mengetahui info mendatang  tentang saham ini…
KARK. mulai menggarap nikel di maluku. menurut info , nikel sangat banyak sehingga banker timur tengah sangat berminat berinvestasi di KARK ( rumor ? )

Dari sisi sentimen / psikologis kira-kira tiga poin inilah yang menyebabkan saham KARK stagnan di posisi 50:

1. Kasus gugatan pailit ABM, yang berakibat saham KARK sempat disuspensi, menyebabkan proses right issue   KARK mau tak mau jadi gak semulus yang diharapkan.
2. Jumlah saham yang dilepas ketika right issue-nya gila-gilaan, rasionya sampai 2 : 22 ?
3. Sebagian besar dana hasil right issue-nya ternyata di tempatkan di Culford Investment Pte Ltd., sebuah perusahaan investasi asal British Virgin Island, sebagai investasi jangka pendek, dan bukannya langsung digunakan sebagai modal ekspansi usaha. 

kecil kemungkinannya KARK akan reverse stock , karena cuma akan bikin investor segera keluar. Perusahaan yang melakukan reverse stock biasanya karena kinerjanya buruk.



KARK memang sudah berminat untuk menanamkan investasi senilai total US$ 150 juta (sekitar Rp 1.4 – 1.5 trilyun, tergantung kurs) untuk mengembangkan BBCT. KARK akan menyediakan dana sebesar 35%, yang berasal dari right issue sebesar 611 milyar , dan sisanya yaitu 65% akan di-sharing dengan pihak lain. KARK menargetkan BBCT akan mulai beroperasi secara komersial pada pertengahan tahun 2012.

Jadi di masa mendatang, dengan catatan kinerja KARK konsisten & lap. keu Q4 - 2011 tidak direkayasa , maka pada akhirnya sahamnya akan bergerak naik juga. it’s just a matter of time



Pada beberapa waktu lalu , KARK tampaknya mampu menjalin hubungan perdagangan batubara dengan beberapa perusahaan asing, setelah sebelumnya hanya mampu menjual batubara kepada perusahaan lokal. Itu sebabnya KARK sangat bernafsu untuk mengembangkan pelabuhan BBCT, yang nantinya akan mereka gunakan untuk mengkapalkan batubara ke luar negeri. 
Masalahnya, membangun pelabuhan senilai Rp 1.5 trilyun tentunya nggak semudah itu, dan memerlukan banyak waktu. Duit sebanyak itu juga tentunya bukan jumlah yang sedikit bagi KARK

Jumat, 27 April 2012

Market Maker

Kita sering sekali mendengar bandar disebut2 dalam bursa saham.
dalam istilah pro nya bandar biasa disebut market maker. mereka inilah pihak yang menciptakan volume di bursa. tanpa mereka , bursa akan sangat sepi.
Namun bagaimana anda harus menyikapi market maker ini? apakah anda harus merasa ngeri? atau berusaha mendekati mereka? 
Jika anda perhatikan di forum2 saham , jika ada trader yang rugi di saham A, mereka akan berkata bandar saham A sadis, pelit. jika untung di saham B, akan berkata bandar saham B baik hati.
kalau baru membeli saham tertentu, akan berdoa semoga bandarnya baik hati.
jika melihat transaksi di suatu saham sedang ramai, langsung menyimpulkan , bandar sedang mengumpulkan barang.


Sejak kecil kita selalu diajarkan untuk mencari kambing hitam. coba perhatikan, jika ada anak kecil yang jatuh, sang ibu biasanya akan berpura-pura memukul lantai, agar tangis anaknya berhenti, menyalahkan lantai tersebut yang menyebabkan sang anak jatuh.
masih banyak contoh yang ditanamkan oleh orang disekitar kita, untuk selalu mencari kambing hitam jika kita salah. ini mengakibatkan kita tumbuh menjadi pribadi yang tidak bertanggung jawab.
setiap kali kita melakukan suatu kesalahan, hal pertama yg kita pikirkan adalah : KEMANA MELEMPARKAN KESALAHAN TERSEBUT.

kebiasaan buruk ini juga terus terbawa sampai kita dewasa, meskipun mungkin kita tidak menyadarinya. jika kita membeli suatu saham dan terpaksa cut loss, kita bukannya berpikir salahnya dimana? kita malah sibuk melemparkan kesalahan kepada rekomen orang lain, bandar pelit, broker goblok kasih rekomendasi tidak becus , rekomen teman FB menjebak dll.
padahal letak kesalahan cuma satu : ANDA SALAH MEMPREDIKSI ARAH PASAR. TITIK.


sumber dari segala kerugian anda, adalah diri anda sendiri.

BERHENTILAH MENCARI-CARI KEMBING HITAM.
belajar lah untuk lebih bertanggung jawab atas segala keputusan trading anda , 

berhentilah menggantungkan keberhasilan anda kepada BANDAR ,  jangan menyia-nyiakan energi anda untuk menebak apa yang hendak dilakukan bandar.

cukup fokus kepada pasar, perhatikan apa yang sedang terjadi di bursa. apa pun yang sedang direncanakan market maker akan terefleksi di chart.

MSCI Global Small Cap


MSCI mengumumkan 4 saham baru masuk kedalam indeks MSCI Global Small Cap. Keempat saham adalah Bumi Serpong Damai (BSDE), Ramayana Lestari (RALS), Alam Sutera (ASRI), dan Ciputra Surya (CTRS).
MSCI juga menaikkan bobot 2 saham yang terlebih dahulu masuk kedalam indeks, yakni saham Surya Semesta Internusa (SSIA) dan Mitra Adiperkasa (MAPI).

Selasa, 24 April 2012

BUMI Plc


Epic pertarungan salah satu anggota keluarga terkuat Eropa, Nathaniel Rothschild dengan Grup Bakrie sudah nyaris tak terdengar lagi. Belum lagi itu mereda, kini tersiar kabar Grup Bakrie dan Samin Tan kembali melakukan transaksi raksasa di PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) dan PT Asmin Koalindo Tuhup. Transaksinya diperkirakan mencapai Rp27 triliun.
BRMS, anak usaha  PT Bumi Resources Tbk (BUMI) yang berbisnis mengelola aset-aset tambang mineral dikabarkan akan ‘dipindahtangankan’ ke Borneo Bumi Energy & Metal Pte Ltd.  Sebagai gambaran, Borneo Bumi merupakan kongsi antara PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) sebesar 49% dengan PT Borneo Lumbung Energy Tbk (BORN) sebesar 51%.
Sebagai kelanjutan transaksi itu, konon Samin Tan akan ‘memindahtangankan’ kepemilikannya di Asmin Koalindo. Asmin adalah perusahaan yang mengelola aset-aset tambang batubara milik grup Samin Tan melalui bendera BORN ke bawah bendera Bumi Plc, yang juga dimiliki Samin Tan melalui Bumi Borneo Resources Pte Ltd dan Borneo Bumi Energy & Metal Pte Ltd. 
“Kabarnya, mereka tengah mempersiapkan swap raksasa. Memindahkan aset BRMS ke bawah Borneo Bumi, lalu memindahkan aset Asmin Koalindo ke bawah Bumi Plc,” ujar seorang eksekutif di pasar modal. Eksekutif itu belum mendapatkan informasi detil mengenai rencana swap raksasa tersebut. 
Namun ia membisikkan, nilai transaksinya bisa mencapai Rp27 triliun. Angka itu dihitung dari nilai kepemilikan 87,1% saham BRMS oleh BUMI senilai Rp12,9 triliun dengan kepemilikan BORN di Asmin Koalindo senilai Rp14,6 triliun.

Jika skema ini benar adanya, maka kongsi grup Bakrie dengan Samin Tan akan mengelola Bumi Plc yang menguasai Bumi Resources (BUMI), Berau Coal Energy (BRAU) dan Asmin Koalindo. Sedangkan di Borneo Bumi, keduanya (Bakrie dan Samin Tan) akan mengelola bersama kepemilikan 87,1% saham BRMS.

Lumayan njelimet memang, karena transaksi ini akan melibatkan sejumlah nama perusahaan milik grup Bakrie dan Samin Tan. Dari segi struktur kepemilikan, akan terjadi perubahan yang cukup fundamental.
Di satu sisi, Bumi Plc yang merupakan kongsi bersama antara grup Bakrie, Recapital, Rothschild dan Samin Tan akan mengelola bersama aset-aset tambang batubara papan atas di Indonesia yakni BUMI, BRAU dan Asmin Koalindo.
Di sisi lain, kongsi grup Bakrie dan Samin Tan di Borneo Bumi akan mengelola bersama aset-aset tambang mineral mulai dari emas, tembaga, berlian dan sebagainya, yang dikelola dibawah bendera BRMS.

Untuk mempermudah pemahaman atas struktur transaksi ini, akan dijabarkan terlebih dahulu struktur grup Bumi Plc, baik sebelum maupun sesudah terjadinya perselisihan antara grup Bakrie dengan Rothschild.
Bagan di atas merupakan struktur kepemilikan saham dalam kongsi grup Bakrie dengan Rothschild pasca transaksi swap tahap I. Transaksi ini memindahkan kepemilikan saham BUMI dan BRAU di bawah bendera Bumi Plc, sebelum terjadinya perselisihan antara keduanya. 
Rencana semula, grup Bakrie akan melanjutkan transaksi swap tahap II, yaitu memindahkan kepemilikan 87,1% saham BRMS milik BUMI ke bawah Bumi Plc secara langsung seperti dalam bagan di bawah ini.
Namun rencana tersebut batal lantaran perselisihan antara grup Bakrie dengan Rothschild, membuat kongsi keduanya pecah. Seperti diketahui, Bakrie Brothers (BNBR) dan Long Haul Holding (LHH) menarik pinjaman sebesar  GBP1 miliar dengan menjaminkan 47,6% saham Bumi Plc milik grup Bakrie (BNBR dan Long Haul).
Pinjaman tersebut digalang Credit Suisse Singapura dari 10 kreditur dengan patokan harga gadai saham sebesar GBP8,5 per saham pada 2 Maret 2011. Artinya, harga saham Bumi Plc tidak boleh lebih rendah dari GBP8,5 per saham, agar pinjaman tersebut tidak masuk dalam situasi ‘default’.

Pada 3 Oktober 2011, harga saham Bumi Plc menyentuh level GBP8,45 atau lebih rendah GBP 0,05 dari batas bawah harga gadai saham. Malah pada 10 Oktober 2011, harga saham Bumi Plc menyentuh GBP7,2 per saham, lebih rendah 44,61% dari batas bawah harga gadai di level GBP8,5 per saham.

Otomatis, pinjaman grup Bakrie menghadapi ancaman ‘default’. Terjadilah perundingan antara grup Bakrie, Credit Suisse dengan 10 kreditur. Hasil perundingan itu, sebanyak sembilan kreditur menyepakati pelunasan pinjaman grup Bakrie dengan dana, sedangkan hanya satu kreditur yang mendesak agar 47,6% saham Bumi Plc yang dijadikan jaminan pinjaman dieksekusi (dibayar dengan saham, bukan dana).  Konon, kreditur yang keukeuh menolak pelunasan dengan dana itu merupakan hedge fund milik keluarga Rothschild.

Melihat gelagat tidak baik dari Rothschild, grup Bakrie pun menuding Rothschild sengaja ‘menurunkan’ harga saham Bumi Plc untuk menekan harga saham Bumi Plc. Tujuannya, agar sembilan kreditur lainnya menyepakati pelunasan pinjaman grup Bakrie dengan eksekusi 47,6% saham Bumi Plc yang dijadikan jaminan.
Tak hanya itu, Rothschild pun berupaya keras ‘menggoyang’ Ari Saptari Hudaya dari kursi Direktur Utama Bumi Plc untuk menguasai manajemen Bumi Plc. Sayangnya, RUPS Bumi Plc menolak pelengseran Ari Saptari Hudaya seperti diajukan Rothschild.

Di tengah perselisihan tersebut, grup Bakrie kemudian merapat ke rekan lamanya, Samin Tan, pengusaha batubara papan atas pemilik PT Borneo Lumbung Energy Tbk (BORN). Samin Tan adalah orang di balik akuisisi grup Bakrie kepada PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin Indonesia di tahun 2004 senilai Rp10 triliun.

Samin Tan pun sepakat ikutan dalam skema ‘penyelamatan’ aset-aset tambang grup Bakrie dari upaya hostile takeover yang digalang Rothschild. Berandai-andai Rothschild memenangkan perseteruan dengan grup Bakrie, maka Rothschild melalui Bumi Plc akan menguasai aset-aset Bumi Resources (BUMI) dan Bumi Resources Minerals (BRMS) secara penuh dari tangan grup Bakrie.

Sayangnya, upaya Rothschild mengambil alih 47,6% saham Bumi Plc milik grup Bakrie gagal total. Samin Tan melalui BORN sepakat mengucurkan dana USD1 miliar untuk menalangi utang grup Bakrie kepada Credit Suisse. BORN memperoleh pendanaan penuh dari Standard Chartered. 

Bagan di atas merupakan bentuk baru struktur kepemilikan grup Bumi Plc pasca perselisihan dengan Rothschild dan masuknya Samin Tan. Sebagai tahap awal kerjasama grup Bakrie dengan Samin Tan, didirikan dua perusahaanvehicle bernama Bumi Borneo Resources Pte Ltd dan Borneo Bumi Energy & Metal Pte Ltd. Grup Bakrie memiliki 51% saham, sedangkan Samin Tan memiliki 49% saham di Bumi Borneo. Sebaliknya, grup Bakrie memiliki 49% saham di Borneo Bumi, sedangkan Samin Tan memiliki 51% saham di Borneo Bumi.
Rupanya, kerjasama antara grup Bakrie dengan Samin Tan tidak berhenti sampai disitu. Seperti dikatakan sumber di atas, grup Bakrie dan Samin Tan tengah menggodok skema swap aset-aset batubara utama milik BORN (Samin Tan) di bawah bendera PT Asmin Koalindo Tuhup ke dalam struktur aset Bumi Plc. 
Di sisi lain, grup Bakrie akan memindahkan kepemilikan saham BRMS ke dalam struktur aset Borneo Bumi. Alih-alih memindahkan saham BRMS ke bawah Bumi Plc, seperti rencana semula, usai perselisihan grup Bakrie tampaknya memilih kerjasama dengan Samin Tan dalam mengelola aset-aset mineral milik BRMS.

Bagan di atas adalah perkiraan struktur aset-aset grup Bakrie di sektor batubara dan mineral setelah rampungnya transaksi swap BRMS dan Asmin Koalindo seperti yang diungkap sumber.
Usai transaksi ini, boleh dikatakan grup Bakrie akan memiliki jaringan bisnis batubara yang sangat besar di bawah bendera Bumi Plc. Sementara di sisi lain grup Bakrie juga akan mengelola tambang-tambang mineral yang tengah dikembangkannya di bawah bendera Borneo Bumi.

Dari sisi Samin Tan, keuntungan yang akan diterima adalah kepemilikan bersama aset-aset tambang batubara Berau Coal (BRAU), Bumi Resources (BUMI) dan Asmin Koalindo, serta kepemilikan bersama aset-aset tambang mineral yang dikelola BRMS.
Rothschild, yang gagal merebut tambang-tambang grup Bakrie pun langsung ‘berdamai’ dengan grup Bakrie. Mungkin anak dari keluarga bankir raksasa Eropa ini sadar bahwa menyetop kerjasama dengan grup Bakrie, sama saja kehilangan aset-aset tambang batubara dan mineral papan atas di Indonesia.

Sabtu, 21 April 2012

Candlestick




Hyperactive Trading


HYPERACTIVE TRADING

Hyperactive [superactive] trading atau juga sering disebut overtrading adalah suatu aktivitas transaksi supersibuk [termasuk pemburuan informasi/rumor] dalam berinvestasi di pasar saham. Sikap hyperactive trading ini kalau tidak segera diturunkan derajat intensitasnya akan membawa kita pada suatu situasi dimana saham akan 'menguasai' keseluruhan waktu, pikiran dan energi kita. Probabilitas resiko menjadi semakin tinggi ketika kita tidak mempunyai pemahaman yang baik akan apa yang sedang kita lakukan. Awal timbulnya sikap hyperactive trading adalah karena terjun di dunia pasar saham tanpa didukung dengan pemahaman yang baik tentang seluk beluk berinvestasi saham. Bukankah kemenangan itu bisa kita dapatkan dengan sandaran konsep jelas, logika jernih dan tanpa ada keharusan tiap hari membuka front tempur di hiruk pikuk pasar  dan tanpa perlu dengan kesibukan transaksi yang luar biasa ? Membeli saham harusnya didasari dengan konsep, pertimbangan dan  sandaran logika yang jelas, bukan keluar masuk pasar dan bongkar pasang saham berbalapan dengan pergerakan temporar market atau tergiur rumor yang terkadang sarat dengan kepentingan. Bukankah semua saham ada waktunya panen asal fundamentalnya baik dan jika kita mendapatkannya di harga terbaik? Tanpa kita sadari ternyata biaya hyperactive trading yang harus kita bayar sangat mahal, diantaranya : 1] Biaya waktu (aktivitas tanpa produktivitas) dan kesehatan, karena harus plototin monitor nonstop 2] Biaya transaksi yang berlipat 3] Biaya selisih bid & offer  4] Biaya sosial, karena menjadi alat saham, keseluruhan waktu dihabiskan untuk urusan saham  5] Biaya psikologis, ini biaya yang paling mahal, sikap hyperactive trading akan menyimpangkan segala strategi trading yang terbaik sekalipun, dan pada gilirannya akan merembet pada pendestruksian bangunan psikologi kehidupan kita.


sahampemenang

Jumat, 20 April 2012

Elliott Wave Fractals


ELLIOTT WAVE FRACTALS

One of the basic tenets of Elliott Wave theory is that market structure is fractal in character. The non-scientific explanation of this fractal character is that Elliott Wave patterns that show up on long term charts are identical to, and will also show up on short term charts, albeit with sometimes more complex structures. This property of fractals is called "self-similarity" or "self-affinity" and it is what this writer is referring to when he says that the market is fractal in character.
The February, 1999 issue of Scientific American presents a cover article by the well-known scientist Benoit Mandelbrot. In "A Fractal Walk Down Wall Street," Mandelbrot claims to have discovered self-affinity in markets, i.e., the idea that fluctuations at small scales are no different from those at large scales. Robert Prechter took Benoit Mandelbrot to task for taking credit for the work RN Elliott did in the 1930s.

COUNTING FRACTALS

Our use of the word fractal, or Elliott Wave fractal, is not a proper use of the property of self-similarity. When we use the term here we mean a "counting fractal," which is really a description of the relative position of a bar on a high-low bar chart. This may create confusion but we do not want to hijack 'Elliott Wave Fractal' from Dr. Bill Williams, the originator of the expression.
Using so called fractals to count Elliott Waves first appeared, to our knowledge, in Dr. Bill Williams' book "Trading Chaos." Like many other concepts in Dr. Willams' books, the fractal is elegant in its simplicity. The basic definition of an 'up' fractal is a bar high that is both higher than the two bars immediately preceding it, and higher than the two bars immediately following it. The lows of the bars are not considered in determining the up fractal progression.
If two bars in the progression have equal highs followed by two consecutive bars with lower highs, then a total of six bars rather than the usual five bars will make up the progression. The first high becomes the counting fractal. Reverse for 'down' fractals.
A wide range bar can be both an 'up' fractal and a 'down' fractal at the same time.

FRACTAL WAVE COUNTING IS A BREAKTHROUGH

Using fractals to count Elliott Waves is a breakthrough because any particular bar either is a fractal or it is not a fractal. There are no half-pregnant fractals. You will especially appreciate this if you have ever tried counting waves from a close only line chart.

HOW TO DEAL WITH FUGITIVE FRACTALS

In a perfect world every time frame chart would have unambiguous sequences of up and down fractals to mark every Elliott Wave. Unfortunately, that's not the case. Quite often the fractal progression is broken with what we call 'fugitive' fractals', for example, two clearly marked up fractals with no intervening down fractal to unambiguously complete the wave. In these cases you have to use your own judgment and go lower or higher in time frames, or use a close only chart to resolve the relative importance of the fugitive fractal and whether or not it should be "forced" into the wave count.
Fractals always mark the beginning and ending points of individual waves. As Dr. Williams put it, "Whatever happens between fractals is an Elliott Wave."


 

FRACTALS ARE BEST COMBINED WITH THE ELLIOTT OSCILLATOR

Counting fractals can be combined with the Elliott Wave Oscillator to get as close to unambiguous wave counts as Elliott Wave theory allows. Here's an example of fractal counting . And yes, you would lose the debate with Robert Prechter on the purity of Momentum Waves as an integral part of Elliott Wave theory.
The 5 bar formation works best on Daily or longer time frame charts. For intraday data charts we often use 9 bar, 13 bar and 21 bar formations for fractal counting.
The Investor/RT Fractal indicator is based upon the "Bill Williams Fractal" in the book "Trading Chaos" by Bill Williams, PhD.  A fractal is an entry technique that is traditionally defined as "a bar that has two preceding and two following bars with lower highs (or lower lows, on a down move)".  Several different varieties of up and down bar 5-bar fractal formations can be seen below.

 

THE ELLIOTT OSCILLATOR

The Elliott Oscillator, or 5/34 Oscillator, is a 34 period simple moving average of prices subtracted from a 5 period simple moving average of prices displayed as a histogram above and below a zero line. You can duplicate the Elliott Oscillator on charting programs with a MACD feature. It can be applied to any time frame (intraday, daily, etc.) and works equally as well in every time frameprovided that the correct number of bars are displayed in the chart. The chart below is a good example of how effective this technique can be in counting Momentum Waves.

Elliott Oscillator
Whether or not Momentum Waves could be considered as true Elliott Waves is not important. We just accept that they are not and use them for what they are very good at doing, identifying the current state and the probable termination point of a swing. The most important single concept about the Elliott Oscillator is that the highest/lowest point of the Oscillator is connected to the bullish/bearish Wave 3 of the swing.  Related concepts are that Wave 4 crosses the zero line in the opposite direction of the trend. Wave 5 often makes a new high or low price for the swing but always diverges from the Oscillator. If the suspected Wave 5 makes a new extreme price simultaneously with a new Oscillator extreme then it is not a Wave 5. This happens fairly often with intraday charts. What you're seeing in that situation is an extended Third Wave which carries the implication of a significant price move in the direction of the trend yet to come.

OPERATIVE TIME FRAME CHARTS

The Elliott Oscillator is most effective when the chart has the "correct" number of bars. From 100 to 150 bars is the correct number of bars to use with the oscillator. Dr. Bill Williams suggests 100-140. Tom Joseph implies that 150 is right. We like to use about 120 bars, which is comfortably in the middle of that range, and which has consistently produced reliable results.

There is nothing magic about 120 days, 120 hours or 120 minutes. Although an Operative Time Frame Chart could coincidentally be any of these time periods, constructing this chart has nothing to do with fixed time periods. Put simply, an Operative Time Frame Chart is a bar chart that starts at a significant pivot point and displays 120 bars of the swing that started at that particular pivot point. If analyzing small time frames, like on our Hourly Charts, an Operative Time Frame chart will display about 120 bars of anywhere from 15 to 240 minutes of intraday data. The time period of the bars in the chart is arranged to always show the swing as an event consisting of about 120 bars. The sample SPX chart comprises 85 minute bars. This more recent Eurodollar chart comprises two day bars. The completed five wave sequence would be invalidated by any move below the suspected 5th wave 1.17 low.
Eurodollar Optimum Timeframe Chart

WHAT CAN YOU DO WITH AN OPERATIVE TIME FRAME CHART?

  • Closely determine the probable time period of the end of a correction.
  • Avoid losses by reversing too early on a swing that looks complete.
  • Closely determine the likely termination of a swing of any degree.
  • Decide in one second whether you should be long or short.
Not bad credentials for a simple tool.