Minggu, 29 April 2012

KARK




PT Dayaindo Resources International Tbk (KARK)  berencana investasi senilai Rp 1,25 triliun pada 2012.
Dana ini akan digunakan untuk membeli 20 unit tongkang dan peningkatan cadangan batubara menjadi 50 juta ton. Perseroan berencana melepas saham anak usaha Daya Mandiri Resource Indonesia pada tahun-2012 dengan menargetkan dana perolehan sebesar Rp 350-400 miliar berdasar lap keu akhir thn 2011.
Adapun perseroan menargetkan pertumbuhan pendapatan tahun 2012 sebesar 20% dari realisasi tahun 2011. Sementara pendapatan tahun 2011 diperkirakan mencapai Rp 1,7 triliun.,Artinya, target pendapatan KARK tahun 2012 mencapai Rp 2,04 triliun.  

Seiring beroperasinya tambang nikel perseroan di Luwuk, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. Perseroan menargetkan produksi bijih nikel tahun 2012 mencapai 1,2 juta ton. 



saham Kark mulai banyak dikoleksi di harga nego Rp. 25-30,- karena banyak bandar sudah mengetahui info mendatang  tentang saham ini…
KARK. mulai menggarap nikel di maluku. menurut info , nikel sangat banyak sehingga banker timur tengah sangat berminat berinvestasi di KARK ( rumor ? )

Dari sisi sentimen / psikologis kira-kira tiga poin inilah yang menyebabkan saham KARK stagnan di posisi 50:

1. Kasus gugatan pailit ABM, yang berakibat saham KARK sempat disuspensi, menyebabkan proses right issue   KARK mau tak mau jadi gak semulus yang diharapkan.
2. Jumlah saham yang dilepas ketika right issue-nya gila-gilaan, rasionya sampai 2 : 22 ?
3. Sebagian besar dana hasil right issue-nya ternyata di tempatkan di Culford Investment Pte Ltd., sebuah perusahaan investasi asal British Virgin Island, sebagai investasi jangka pendek, dan bukannya langsung digunakan sebagai modal ekspansi usaha. 

kecil kemungkinannya KARK akan reverse stock , karena cuma akan bikin investor segera keluar. Perusahaan yang melakukan reverse stock biasanya karena kinerjanya buruk.



KARK memang sudah berminat untuk menanamkan investasi senilai total US$ 150 juta (sekitar Rp 1.4 – 1.5 trilyun, tergantung kurs) untuk mengembangkan BBCT. KARK akan menyediakan dana sebesar 35%, yang berasal dari right issue sebesar 611 milyar , dan sisanya yaitu 65% akan di-sharing dengan pihak lain. KARK menargetkan BBCT akan mulai beroperasi secara komersial pada pertengahan tahun 2012.

Jadi di masa mendatang, dengan catatan kinerja KARK konsisten & lap. keu Q4 - 2011 tidak direkayasa , maka pada akhirnya sahamnya akan bergerak naik juga. it’s just a matter of time



Pada beberapa waktu lalu , KARK tampaknya mampu menjalin hubungan perdagangan batubara dengan beberapa perusahaan asing, setelah sebelumnya hanya mampu menjual batubara kepada perusahaan lokal. Itu sebabnya KARK sangat bernafsu untuk mengembangkan pelabuhan BBCT, yang nantinya akan mereka gunakan untuk mengkapalkan batubara ke luar negeri. 
Masalahnya, membangun pelabuhan senilai Rp 1.5 trilyun tentunya nggak semudah itu, dan memerlukan banyak waktu. Duit sebanyak itu juga tentunya bukan jumlah yang sedikit bagi KARK

Jumat, 27 April 2012

Market Maker

Kita sering sekali mendengar bandar disebut2 dalam bursa saham.
dalam istilah pro nya bandar biasa disebut market maker. mereka inilah pihak yang menciptakan volume di bursa. tanpa mereka , bursa akan sangat sepi.
Namun bagaimana anda harus menyikapi market maker ini? apakah anda harus merasa ngeri? atau berusaha mendekati mereka? 
Jika anda perhatikan di forum2 saham , jika ada trader yang rugi di saham A, mereka akan berkata bandar saham A sadis, pelit. jika untung di saham B, akan berkata bandar saham B baik hati.
kalau baru membeli saham tertentu, akan berdoa semoga bandarnya baik hati.
jika melihat transaksi di suatu saham sedang ramai, langsung menyimpulkan , bandar sedang mengumpulkan barang.


Sejak kecil kita selalu diajarkan untuk mencari kambing hitam. coba perhatikan, jika ada anak kecil yang jatuh, sang ibu biasanya akan berpura-pura memukul lantai, agar tangis anaknya berhenti, menyalahkan lantai tersebut yang menyebabkan sang anak jatuh.
masih banyak contoh yang ditanamkan oleh orang disekitar kita, untuk selalu mencari kambing hitam jika kita salah. ini mengakibatkan kita tumbuh menjadi pribadi yang tidak bertanggung jawab.
setiap kali kita melakukan suatu kesalahan, hal pertama yg kita pikirkan adalah : KEMANA MELEMPARKAN KESALAHAN TERSEBUT.

kebiasaan buruk ini juga terus terbawa sampai kita dewasa, meskipun mungkin kita tidak menyadarinya. jika kita membeli suatu saham dan terpaksa cut loss, kita bukannya berpikir salahnya dimana? kita malah sibuk melemparkan kesalahan kepada rekomen orang lain, bandar pelit, broker goblok kasih rekomendasi tidak becus , rekomen teman FB menjebak dll.
padahal letak kesalahan cuma satu : ANDA SALAH MEMPREDIKSI ARAH PASAR. TITIK.


sumber dari segala kerugian anda, adalah diri anda sendiri.

BERHENTILAH MENCARI-CARI KEMBING HITAM.
belajar lah untuk lebih bertanggung jawab atas segala keputusan trading anda , 

berhentilah menggantungkan keberhasilan anda kepada BANDAR ,  jangan menyia-nyiakan energi anda untuk menebak apa yang hendak dilakukan bandar.

cukup fokus kepada pasar, perhatikan apa yang sedang terjadi di bursa. apa pun yang sedang direncanakan market maker akan terefleksi di chart.

MSCI Global Small Cap


MSCI mengumumkan 4 saham baru masuk kedalam indeks MSCI Global Small Cap. Keempat saham adalah Bumi Serpong Damai (BSDE), Ramayana Lestari (RALS), Alam Sutera (ASRI), dan Ciputra Surya (CTRS).
MSCI juga menaikkan bobot 2 saham yang terlebih dahulu masuk kedalam indeks, yakni saham Surya Semesta Internusa (SSIA) dan Mitra Adiperkasa (MAPI).

Selasa, 24 April 2012

BUMI Plc


Epic pertarungan salah satu anggota keluarga terkuat Eropa, Nathaniel Rothschild dengan Grup Bakrie sudah nyaris tak terdengar lagi. Belum lagi itu mereda, kini tersiar kabar Grup Bakrie dan Samin Tan kembali melakukan transaksi raksasa di PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) dan PT Asmin Koalindo Tuhup. Transaksinya diperkirakan mencapai Rp27 triliun.
BRMS, anak usaha  PT Bumi Resources Tbk (BUMI) yang berbisnis mengelola aset-aset tambang mineral dikabarkan akan ‘dipindahtangankan’ ke Borneo Bumi Energy & Metal Pte Ltd.  Sebagai gambaran, Borneo Bumi merupakan kongsi antara PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) sebesar 49% dengan PT Borneo Lumbung Energy Tbk (BORN) sebesar 51%.
Sebagai kelanjutan transaksi itu, konon Samin Tan akan ‘memindahtangankan’ kepemilikannya di Asmin Koalindo. Asmin adalah perusahaan yang mengelola aset-aset tambang batubara milik grup Samin Tan melalui bendera BORN ke bawah bendera Bumi Plc, yang juga dimiliki Samin Tan melalui Bumi Borneo Resources Pte Ltd dan Borneo Bumi Energy & Metal Pte Ltd. 
“Kabarnya, mereka tengah mempersiapkan swap raksasa. Memindahkan aset BRMS ke bawah Borneo Bumi, lalu memindahkan aset Asmin Koalindo ke bawah Bumi Plc,” ujar seorang eksekutif di pasar modal. Eksekutif itu belum mendapatkan informasi detil mengenai rencana swap raksasa tersebut. 
Namun ia membisikkan, nilai transaksinya bisa mencapai Rp27 triliun. Angka itu dihitung dari nilai kepemilikan 87,1% saham BRMS oleh BUMI senilai Rp12,9 triliun dengan kepemilikan BORN di Asmin Koalindo senilai Rp14,6 triliun.

Jika skema ini benar adanya, maka kongsi grup Bakrie dengan Samin Tan akan mengelola Bumi Plc yang menguasai Bumi Resources (BUMI), Berau Coal Energy (BRAU) dan Asmin Koalindo. Sedangkan di Borneo Bumi, keduanya (Bakrie dan Samin Tan) akan mengelola bersama kepemilikan 87,1% saham BRMS.

Lumayan njelimet memang, karena transaksi ini akan melibatkan sejumlah nama perusahaan milik grup Bakrie dan Samin Tan. Dari segi struktur kepemilikan, akan terjadi perubahan yang cukup fundamental.
Di satu sisi, Bumi Plc yang merupakan kongsi bersama antara grup Bakrie, Recapital, Rothschild dan Samin Tan akan mengelola bersama aset-aset tambang batubara papan atas di Indonesia yakni BUMI, BRAU dan Asmin Koalindo.
Di sisi lain, kongsi grup Bakrie dan Samin Tan di Borneo Bumi akan mengelola bersama aset-aset tambang mineral mulai dari emas, tembaga, berlian dan sebagainya, yang dikelola dibawah bendera BRMS.

Untuk mempermudah pemahaman atas struktur transaksi ini, akan dijabarkan terlebih dahulu struktur grup Bumi Plc, baik sebelum maupun sesudah terjadinya perselisihan antara grup Bakrie dengan Rothschild.
Bagan di atas merupakan struktur kepemilikan saham dalam kongsi grup Bakrie dengan Rothschild pasca transaksi swap tahap I. Transaksi ini memindahkan kepemilikan saham BUMI dan BRAU di bawah bendera Bumi Plc, sebelum terjadinya perselisihan antara keduanya. 
Rencana semula, grup Bakrie akan melanjutkan transaksi swap tahap II, yaitu memindahkan kepemilikan 87,1% saham BRMS milik BUMI ke bawah Bumi Plc secara langsung seperti dalam bagan di bawah ini.
Namun rencana tersebut batal lantaran perselisihan antara grup Bakrie dengan Rothschild, membuat kongsi keduanya pecah. Seperti diketahui, Bakrie Brothers (BNBR) dan Long Haul Holding (LHH) menarik pinjaman sebesar  GBP1 miliar dengan menjaminkan 47,6% saham Bumi Plc milik grup Bakrie (BNBR dan Long Haul).
Pinjaman tersebut digalang Credit Suisse Singapura dari 10 kreditur dengan patokan harga gadai saham sebesar GBP8,5 per saham pada 2 Maret 2011. Artinya, harga saham Bumi Plc tidak boleh lebih rendah dari GBP8,5 per saham, agar pinjaman tersebut tidak masuk dalam situasi ‘default’.

Pada 3 Oktober 2011, harga saham Bumi Plc menyentuh level GBP8,45 atau lebih rendah GBP 0,05 dari batas bawah harga gadai saham. Malah pada 10 Oktober 2011, harga saham Bumi Plc menyentuh GBP7,2 per saham, lebih rendah 44,61% dari batas bawah harga gadai di level GBP8,5 per saham.

Otomatis, pinjaman grup Bakrie menghadapi ancaman ‘default’. Terjadilah perundingan antara grup Bakrie, Credit Suisse dengan 10 kreditur. Hasil perundingan itu, sebanyak sembilan kreditur menyepakati pelunasan pinjaman grup Bakrie dengan dana, sedangkan hanya satu kreditur yang mendesak agar 47,6% saham Bumi Plc yang dijadikan jaminan pinjaman dieksekusi (dibayar dengan saham, bukan dana).  Konon, kreditur yang keukeuh menolak pelunasan dengan dana itu merupakan hedge fund milik keluarga Rothschild.

Melihat gelagat tidak baik dari Rothschild, grup Bakrie pun menuding Rothschild sengaja ‘menurunkan’ harga saham Bumi Plc untuk menekan harga saham Bumi Plc. Tujuannya, agar sembilan kreditur lainnya menyepakati pelunasan pinjaman grup Bakrie dengan eksekusi 47,6% saham Bumi Plc yang dijadikan jaminan.
Tak hanya itu, Rothschild pun berupaya keras ‘menggoyang’ Ari Saptari Hudaya dari kursi Direktur Utama Bumi Plc untuk menguasai manajemen Bumi Plc. Sayangnya, RUPS Bumi Plc menolak pelengseran Ari Saptari Hudaya seperti diajukan Rothschild.

Di tengah perselisihan tersebut, grup Bakrie kemudian merapat ke rekan lamanya, Samin Tan, pengusaha batubara papan atas pemilik PT Borneo Lumbung Energy Tbk (BORN). Samin Tan adalah orang di balik akuisisi grup Bakrie kepada PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin Indonesia di tahun 2004 senilai Rp10 triliun.

Samin Tan pun sepakat ikutan dalam skema ‘penyelamatan’ aset-aset tambang grup Bakrie dari upaya hostile takeover yang digalang Rothschild. Berandai-andai Rothschild memenangkan perseteruan dengan grup Bakrie, maka Rothschild melalui Bumi Plc akan menguasai aset-aset Bumi Resources (BUMI) dan Bumi Resources Minerals (BRMS) secara penuh dari tangan grup Bakrie.

Sayangnya, upaya Rothschild mengambil alih 47,6% saham Bumi Plc milik grup Bakrie gagal total. Samin Tan melalui BORN sepakat mengucurkan dana USD1 miliar untuk menalangi utang grup Bakrie kepada Credit Suisse. BORN memperoleh pendanaan penuh dari Standard Chartered. 

Bagan di atas merupakan bentuk baru struktur kepemilikan grup Bumi Plc pasca perselisihan dengan Rothschild dan masuknya Samin Tan. Sebagai tahap awal kerjasama grup Bakrie dengan Samin Tan, didirikan dua perusahaanvehicle bernama Bumi Borneo Resources Pte Ltd dan Borneo Bumi Energy & Metal Pte Ltd. Grup Bakrie memiliki 51% saham, sedangkan Samin Tan memiliki 49% saham di Bumi Borneo. Sebaliknya, grup Bakrie memiliki 49% saham di Borneo Bumi, sedangkan Samin Tan memiliki 51% saham di Borneo Bumi.
Rupanya, kerjasama antara grup Bakrie dengan Samin Tan tidak berhenti sampai disitu. Seperti dikatakan sumber di atas, grup Bakrie dan Samin Tan tengah menggodok skema swap aset-aset batubara utama milik BORN (Samin Tan) di bawah bendera PT Asmin Koalindo Tuhup ke dalam struktur aset Bumi Plc. 
Di sisi lain, grup Bakrie akan memindahkan kepemilikan saham BRMS ke dalam struktur aset Borneo Bumi. Alih-alih memindahkan saham BRMS ke bawah Bumi Plc, seperti rencana semula, usai perselisihan grup Bakrie tampaknya memilih kerjasama dengan Samin Tan dalam mengelola aset-aset mineral milik BRMS.

Bagan di atas adalah perkiraan struktur aset-aset grup Bakrie di sektor batubara dan mineral setelah rampungnya transaksi swap BRMS dan Asmin Koalindo seperti yang diungkap sumber.
Usai transaksi ini, boleh dikatakan grup Bakrie akan memiliki jaringan bisnis batubara yang sangat besar di bawah bendera Bumi Plc. Sementara di sisi lain grup Bakrie juga akan mengelola tambang-tambang mineral yang tengah dikembangkannya di bawah bendera Borneo Bumi.

Dari sisi Samin Tan, keuntungan yang akan diterima adalah kepemilikan bersama aset-aset tambang batubara Berau Coal (BRAU), Bumi Resources (BUMI) dan Asmin Koalindo, serta kepemilikan bersama aset-aset tambang mineral yang dikelola BRMS.
Rothschild, yang gagal merebut tambang-tambang grup Bakrie pun langsung ‘berdamai’ dengan grup Bakrie. Mungkin anak dari keluarga bankir raksasa Eropa ini sadar bahwa menyetop kerjasama dengan grup Bakrie, sama saja kehilangan aset-aset tambang batubara dan mineral papan atas di Indonesia.

Sabtu, 21 April 2012

Candlestick




Hyperactive Trading


HYPERACTIVE TRADING

Hyperactive [superactive] trading atau juga sering disebut overtrading adalah suatu aktivitas transaksi supersibuk [termasuk pemburuan informasi/rumor] dalam berinvestasi di pasar saham. Sikap hyperactive trading ini kalau tidak segera diturunkan derajat intensitasnya akan membawa kita pada suatu situasi dimana saham akan 'menguasai' keseluruhan waktu, pikiran dan energi kita. Probabilitas resiko menjadi semakin tinggi ketika kita tidak mempunyai pemahaman yang baik akan apa yang sedang kita lakukan. Awal timbulnya sikap hyperactive trading adalah karena terjun di dunia pasar saham tanpa didukung dengan pemahaman yang baik tentang seluk beluk berinvestasi saham. Bukankah kemenangan itu bisa kita dapatkan dengan sandaran konsep jelas, logika jernih dan tanpa ada keharusan tiap hari membuka front tempur di hiruk pikuk pasar  dan tanpa perlu dengan kesibukan transaksi yang luar biasa ? Membeli saham harusnya didasari dengan konsep, pertimbangan dan  sandaran logika yang jelas, bukan keluar masuk pasar dan bongkar pasang saham berbalapan dengan pergerakan temporar market atau tergiur rumor yang terkadang sarat dengan kepentingan. Bukankah semua saham ada waktunya panen asal fundamentalnya baik dan jika kita mendapatkannya di harga terbaik? Tanpa kita sadari ternyata biaya hyperactive trading yang harus kita bayar sangat mahal, diantaranya : 1] Biaya waktu (aktivitas tanpa produktivitas) dan kesehatan, karena harus plototin monitor nonstop 2] Biaya transaksi yang berlipat 3] Biaya selisih bid & offer  4] Biaya sosial, karena menjadi alat saham, keseluruhan waktu dihabiskan untuk urusan saham  5] Biaya psikologis, ini biaya yang paling mahal, sikap hyperactive trading akan menyimpangkan segala strategi trading yang terbaik sekalipun, dan pada gilirannya akan merembet pada pendestruksian bangunan psikologi kehidupan kita.


sahampemenang

Jumat, 20 April 2012

Elliott Wave Fractals


ELLIOTT WAVE FRACTALS

One of the basic tenets of Elliott Wave theory is that market structure is fractal in character. The non-scientific explanation of this fractal character is that Elliott Wave patterns that show up on long term charts are identical to, and will also show up on short term charts, albeit with sometimes more complex structures. This property of fractals is called "self-similarity" or "self-affinity" and it is what this writer is referring to when he says that the market is fractal in character.
The February, 1999 issue of Scientific American presents a cover article by the well-known scientist Benoit Mandelbrot. In "A Fractal Walk Down Wall Street," Mandelbrot claims to have discovered self-affinity in markets, i.e., the idea that fluctuations at small scales are no different from those at large scales. Robert Prechter took Benoit Mandelbrot to task for taking credit for the work RN Elliott did in the 1930s.

COUNTING FRACTALS

Our use of the word fractal, or Elliott Wave fractal, is not a proper use of the property of self-similarity. When we use the term here we mean a "counting fractal," which is really a description of the relative position of a bar on a high-low bar chart. This may create confusion but we do not want to hijack 'Elliott Wave Fractal' from Dr. Bill Williams, the originator of the expression.
Using so called fractals to count Elliott Waves first appeared, to our knowledge, in Dr. Bill Williams' book "Trading Chaos." Like many other concepts in Dr. Willams' books, the fractal is elegant in its simplicity. The basic definition of an 'up' fractal is a bar high that is both higher than the two bars immediately preceding it, and higher than the two bars immediately following it. The lows of the bars are not considered in determining the up fractal progression.
If two bars in the progression have equal highs followed by two consecutive bars with lower highs, then a total of six bars rather than the usual five bars will make up the progression. The first high becomes the counting fractal. Reverse for 'down' fractals.
A wide range bar can be both an 'up' fractal and a 'down' fractal at the same time.

FRACTAL WAVE COUNTING IS A BREAKTHROUGH

Using fractals to count Elliott Waves is a breakthrough because any particular bar either is a fractal or it is not a fractal. There are no half-pregnant fractals. You will especially appreciate this if you have ever tried counting waves from a close only line chart.

HOW TO DEAL WITH FUGITIVE FRACTALS

In a perfect world every time frame chart would have unambiguous sequences of up and down fractals to mark every Elliott Wave. Unfortunately, that's not the case. Quite often the fractal progression is broken with what we call 'fugitive' fractals', for example, two clearly marked up fractals with no intervening down fractal to unambiguously complete the wave. In these cases you have to use your own judgment and go lower or higher in time frames, or use a close only chart to resolve the relative importance of the fugitive fractal and whether or not it should be "forced" into the wave count.
Fractals always mark the beginning and ending points of individual waves. As Dr. Williams put it, "Whatever happens between fractals is an Elliott Wave."


 

FRACTALS ARE BEST COMBINED WITH THE ELLIOTT OSCILLATOR

Counting fractals can be combined with the Elliott Wave Oscillator to get as close to unambiguous wave counts as Elliott Wave theory allows. Here's an example of fractal counting . And yes, you would lose the debate with Robert Prechter on the purity of Momentum Waves as an integral part of Elliott Wave theory.
The 5 bar formation works best on Daily or longer time frame charts. For intraday data charts we often use 9 bar, 13 bar and 21 bar formations for fractal counting.
The Investor/RT Fractal indicator is based upon the "Bill Williams Fractal" in the book "Trading Chaos" by Bill Williams, PhD.  A fractal is an entry technique that is traditionally defined as "a bar that has two preceding and two following bars with lower highs (or lower lows, on a down move)".  Several different varieties of up and down bar 5-bar fractal formations can be seen below.

 

THE ELLIOTT OSCILLATOR

The Elliott Oscillator, or 5/34 Oscillator, is a 34 period simple moving average of prices subtracted from a 5 period simple moving average of prices displayed as a histogram above and below a zero line. You can duplicate the Elliott Oscillator on charting programs with a MACD feature. It can be applied to any time frame (intraday, daily, etc.) and works equally as well in every time frameprovided that the correct number of bars are displayed in the chart. The chart below is a good example of how effective this technique can be in counting Momentum Waves.

Elliott Oscillator
Whether or not Momentum Waves could be considered as true Elliott Waves is not important. We just accept that they are not and use them for what they are very good at doing, identifying the current state and the probable termination point of a swing. The most important single concept about the Elliott Oscillator is that the highest/lowest point of the Oscillator is connected to the bullish/bearish Wave 3 of the swing.  Related concepts are that Wave 4 crosses the zero line in the opposite direction of the trend. Wave 5 often makes a new high or low price for the swing but always diverges from the Oscillator. If the suspected Wave 5 makes a new extreme price simultaneously with a new Oscillator extreme then it is not a Wave 5. This happens fairly often with intraday charts. What you're seeing in that situation is an extended Third Wave which carries the implication of a significant price move in the direction of the trend yet to come.

OPERATIVE TIME FRAME CHARTS

The Elliott Oscillator is most effective when the chart has the "correct" number of bars. From 100 to 150 bars is the correct number of bars to use with the oscillator. Dr. Bill Williams suggests 100-140. Tom Joseph implies that 150 is right. We like to use about 120 bars, which is comfortably in the middle of that range, and which has consistently produced reliable results.

There is nothing magic about 120 days, 120 hours or 120 minutes. Although an Operative Time Frame Chart could coincidentally be any of these time periods, constructing this chart has nothing to do with fixed time periods. Put simply, an Operative Time Frame Chart is a bar chart that starts at a significant pivot point and displays 120 bars of the swing that started at that particular pivot point. If analyzing small time frames, like on our Hourly Charts, an Operative Time Frame chart will display about 120 bars of anywhere from 15 to 240 minutes of intraday data. The time period of the bars in the chart is arranged to always show the swing as an event consisting of about 120 bars. The sample SPX chart comprises 85 minute bars. This more recent Eurodollar chart comprises two day bars. The completed five wave sequence would be invalidated by any move below the suspected 5th wave 1.17 low.
Eurodollar Optimum Timeframe Chart

WHAT CAN YOU DO WITH AN OPERATIVE TIME FRAME CHART?

  • Closely determine the probable time period of the end of a correction.
  • Avoid losses by reversing too early on a swing that looks complete.
  • Closely determine the likely termination of a swing of any degree.
  • Decide in one second whether you should be long or short.
Not bad credentials for a simple tool.

saham bonus

  • BBLD merencanakan saham bonus dlm RUPS tgl. 26 april 2012
  • PT Pudjiadi Prestige Tbk berencana mengusulkan  saham bonus 10 : 1
  • Indospring Tbk akan melakukan pembagian saham bonus  5 : 2

Kamis, 19 April 2012

PTBA

PT Bukit Asam Tbk (PTBA), badan usaha milik negara di sektor pertambangan  batu bara, mencatatkan pendapatan hingga kuartal I 2012 sebesar 30,17% menjadi Rp 3 triliun dari sebelumnya Rp 2,3 triliun (year-on-year) didorong kenaikan harga jual batu bara.  Milawarma, Direktur Utama Bukit Asam, menyatakan pada tiga bulan pertama tahun ini, volume penjualan batu bara perseroan naik 26% menjadi 3,86 juta ton, meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 3 juta ton. 

PT Bukit Asam Tbk meraih kenaikan laba bersih per Maret 2012 sebesar 14,07 persen menjadi Rp867,34 miliar atau Rp376 per saham dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang meraih laba bersih Rp760,32 miliar atau Rp330 per saham










Rabu, 18 April 2012

Senin, 16 April 2012

BULL


BULL sepertinya tidak termasuk dalam anak usaha BLTA yang bermasalah. Total utang BULL pada kuartal III 2011 tercatat Rp695 milyar, dan tidak ada yang merupakan utang sewa kapal (kecuali kalau utang sewa tersebut dikategorikan sebagai utang usaha, tapi nilainya cuma 47 milyar). Sebagian besar utang BULL terdiri dari utang bank, dimana utang jangka panjang akan jatuh tempo pada tahun 2014 dan 2018 (masih agak lama), sementara utang yang akan jatuh tempo dalam waktu setahun adalah Rp308 milyar. Mengingat posisi kas BULL cukup besar yaitu Rp298 milyar, dan mengingat posisi ekuitas BULL jauh lebih besar dibanding utangnya, yaitu Rp2.9 trilyun berbanding Rp696 milyar, maka seharusnya BULL tidak memiliki masalah untuk menyelesaikan utang-utangnya tersebut.
Sejak awal posisi ekuitas BULL yang sangat besar yaitu Rp2.9 trilyun, terbilang janggal. Sebab ekuitas BLTA sendiri cuma US$ 982 juta atau sekitar Rp8.9 trilyun, sementara BULL hanyalah satu dari enam anak usaha BLTA (lima lainnya adalah Indigo Pacific Corp, Diamond Pacific Corp, Asean Maritime, PT Banyu Laju Shipping, dan PT Brotojoyo Maritime). Dan memang, pada komponen ekuitas BULL terdapat surplus revaluasi senilai Rp581 milyar, dimana kita tahu bahwa ini adalah komponen ekuitas yang tidak nyata. Jika account ini dianggap nggak ada, maka ekuitas BULL yang sesungguhnya hanyalah Rp2.3 trilyun.
Dalam operasionalnya, BULL tidak bersaing dengan anak-anak usaha BLTA yang lainnya, sebab manajemen memfokuskan BULL pada bisnis logistik energi (minyak dan gas), dan kapal-kapal milik BULL juga hanya beroperasi di dalam negeri. Sementara anak-anak usaha BLTA yang lain difokuskan pada pengangkutan bahan kimia, dan seluruh kapal mereka beroperasi diluar Indonesia. Dilihat dari sini, maka semakin kecil kemungkinan bahwa anak usaha BLTA yang telah melanggar perjanjian utang ataupun mengalami gagal bayar sewa, adalah BULL.
selain mengerjakan proyek-proyek yang sudah dipegang, kegiatan BULL yang lainnya adalah mengikuti berbagai tender penyediaan jasa logistik laut, seperti tender pengadaan very large gas carrier (VLGC), tender penyediaan terminal batubara terapung, tender penyediaan kapal floating, production, storage, and offloading (FPSO), hingga tender penyediaan kapal tanker gas. Mengingat bahwa BULL diuntungkan oleh Peraturan Pemerintah bahwa kapal pengangkutan yang beroperasi di Indonesia harus berbendera Indonesia, dan karena BULL sendiri merupakan pemilik armada kapal terbesar diantara perusahaan-perusahaan kapal lokal, ditambah lagi usia armada kapal milik BULL masih relatif muda (rata-rata kurang dari 20 tahun, sementara kapal-kapal milik perusahaan lain biasanya berusia diatas 25 tahun), maka peluang BULL untuk memenangkan tender-tender tersebut cukup terbuka, dan itu berarti prospeknya cukup bagus.

Sementara dari sisi risiko, BULL membutuhkan modal yang besar jika mereka memenangkan tender-tender tadi, sehingga manajemen sendiri berencana untuk menerbitkan obligasi konversi senilai US$ 50 juta.
Risiko lainnya, dari 21 armada kapal milik BULL, 6 diantaranya merupakan kapal sewaan, alias bukan dimiliki sendiri.
BULL ini barangnya bagus, harganya lagi murah, dan prospeknya juga bagus. Sementara risikonya disini lebih karena manajemen sedikit terlalu ambisius, dimana mereka seneng sekali melakukan leverage tanpa mempertimbangkan kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi.



(disadur dari teguh.blogspot & di edit seperlunya)



Dividen Mei 2012

  • JADWAL DEVIDEN:
    03 Mei

    Cum Dev TRST RP 20,


    07 Mei

    Cum Dev SMCB RP 32,

    Cum Dev TIGARAKSA SATRIA RP 63,5,

    Cum Dev AALI RP 695,


    09 Mei

    Cum Dev AUTO 75,

    Cum Dev ABDA 30,

    10 Mei

    Cum Dev LPGI RP87,

    Cum Dev TINS RP 89,09 ,

    Cum Dev MERCK RP 8270,

    Cum Dev BBTN RP 25,3133 ,

    Cum Dev BBNI 62,48,

    Cum Dev TINS 89,09,

    Cum Dev TIFA RP 9,


    11 Mei

    Cum Dev UNTR 450,

    Cum Dev TCID RP 370,

    14 Mei

    Cum Dev TRIKOMSEL OKE RP 22, Cum Dev INCO US$ 0,0086,

    Cum Dev ASGR RP 50,

    15 Mei

    Cum Dev BMRI RP 104,9661,

    16 Mei

    Cum Dev ASII 1380,

    21 Mei

    Cum Dev MTLA RP 2,81 ,

    Cum Dev BATAVIA PROSPERINDO FINANCE RP 5,

    Cum Dev Roti RP 28,63,

    Cum Bonus Saham BUANA FINANCE 500:73,

    Cum Dev BUANA FINANCE RP 20, 


    22 Mei

    Cum Dev HMSP 1050,

    Cum Dev MLPL RP 1 ,

  • PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) sepakat untuk membagikan dividen tunai sebesar Rp163,15 miliar atau setara dengan Rp118 per saham dari laba bersih perseroan tahun 2011 sebesar Rp813 miliar
  • PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) akan membagikan dividen sebesar Rp 4,13 per saham atau sebesar Rp 31,3 miliar dari keuntungan Perseroan per 31 Desember 2011
  • PT Buana Finance Tbk (BBLD) berencana membagikan dividen tunai sebesar Rp28,7 miliar atau sebesar Rp20 per saham  "Disamping itu Perseroan akan membagikan saham bonus dari sisa agio saham senilai Rp 52,4 miliar kepada para pemegang saham dengan rasio 500 : 73
  • PT Adaro Energy Tbk (ADRO) berencana membagikan dividen sebesar US$259,09 juta dari keuntungan tahun buku 31 Desember 2011. Nilai dividen yang akan dibagikan tersebut setara dengan 47,08% dari laba bersih perseroan di periode 2011
  • PT Vale Indonesia Tbk (INCO)  memberikan dividen 2011 sebesar US$85 juta. Jumlah tersebut setara dengan US$0,0086 per saham
  • PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) berencana membagikan dividen tahun 2011 senilai Rp104,97 per lembar
  • UNTR Rp. 450 , Interim 185 
  • ARNA Rp.20,-
  • Dividen PT Astra Graphia Tbk sebesar Rp50 per saham akan dibagikan pada 1 Juni 2012. Keterangan perseroan Kamis menyebutkan cum dan ex di pasar reguler/negosiasi pada 14-15 Mei 2012  
  • IMAS Rp. 188 ,- stock split 1 : 2
  • PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk (ABDA) berencana membagikan dividen sebesar Rp 30 per saham dari laba bersih periode 31 Desember 2011
  • BBTN diven Rp.25,-
  • AUTO Rp. 75,- , interim Rp. 30,- cum 14 mei
  • PT Timah Tbk (TINS) membagikan dividen sebesar Rp89,08 per saham.
  • Bank Negara Indonesia (BBNI) membagikan dividen sebesar Rp62,48 per saham atau total Rp1,165 triliun
  •  PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) berencana membagikan dividen sebesar Rp955 per saham dari laba bersih periode 31 Desember 2011. Hal itu disampaikan Manajemen AALI dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), di Jakarta, Selasa. Disampaikan, bahwa Rapat telah menyetujui penggunaan laba bersih Perseroan yang dibagikan sebagai dividen tahun buku 2011 sebesar Rp995 per saham. Yang akan diperhitungkan dengan dividen interim sebesar Rp300 per saham yang telah dibayarkan pada tanggal 10 November 2011 dan sisanya sebesar Rp695 per saham akan dibayarkan mulai tanggal 29 Mei 2012. Dividen tersebut akan dibagikan kepada pemegang saham perseroan yang namanya tercatat dalam daftar pemegang saham perseroan pada tanggal 11 Mei 2012 mendatang.
  • PT Holcim Indonesia Tbk akan membagikan sisa dividen tunai 2011 sebesar Rp32 per saham pada 25 Mei 2011. 
  • PT Tigaraksa Satria Tbk akan membagikan dividen sesuai dengan keputusan RUPS Tahunan 13 April lalu sebesar Rp63,50 per saham pada 28 Mei 2012
  • PT Trias Sentosa Tbk akan membagikan dividen sebesar Rp20 per saham atau total Rp56.160.000.000 kepada para pemegang sahamnya yang tercatat namanya hingga 8 Mei 2012.

Lap. Keu Q1 - 2012 (update)




  • PT Indo-Rama Synthetics Tbk (INDR) mencatatkan penurunan laba bersih tahun berjalan sebesar 76,48% di triwulan pertama tahun 2012 menjadi US$ 3,32 juta dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya US$ 14,13 juta
  • PT Laguna Cipta Tbk per Maret 2012 menderita rugi bersih Rp196,68 juta per Maret 2012 dari laba bersih tahun sebelumnya Rp30,03 juta
  • PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) pada kuartal I 2012 mengalami rugi bersih Rp95,90 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang meraih laba 164,87 miliar.
  • PT Globaland Development Tbk alami kenaikan laba bersih per Maret 2012 sebesar 13,74 persen menjadi Rp26,27 miliar atau Rp8,09 per saham dibandingkan laba bersih periode sama tahun sebelumnya Rp33,60 miliar atau Rp8,89 per saham. Keterangan perseroan Selasa menyebutkan penjualan naik jadi Rp21,86 miliar dari penjualan periode sebelumnya Rp18,56 miliar.
  • PT Tempo Scan Pasific Tbk alami kenaikan laba bersih per Maret 2012 sebesar 15,46 persen menjadi Rp221,60 miliar atau Rp49 per sahma dibandingkan laba bersih periode sama tahun sebelumnya Rp191,92 miliar atau Rp43 per saham
  • Rugi bersih PT Asia Natural Resources Tbk (ASIA) di triwulan pertama tahun ini mencapai Rp 1,29 miliar. Angka ini naik jika dibandingkan dengan kerugian periode yang sama pada tahun sebelumnya Rp 1,11 miliar
  • PT Wintermars Offshore Tbk alami penurunan laba bersih per Maret 2012 sebesar 18,80 persen menjadi Rp48,22 miliar atau Rp10,87 per saham dibandingkan laba bersih Rp59,39 miliar atau Rp12,46per saham periode tahun sebelumnya
  • PT Panorama Tranportasi Tbk alami kenaikan laba bersih per Maret 2012 sebesar 26,47 persen menjadi Rp1,07 miliar atau Rp2,51 per saham dibandingkan laba bersih Rp848,51 miliar atau Rp1,98 per saham
  • PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) meraih laba bersih Rp163,21 miliar pada kuartal pertama 2012 atau meningkat 4,11% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2011 sebesar Rp156,76 miliar. 
  • PT Radiant Utama Tbk alami kenaikan laba bersih per Maret 2012 sebesar 403,97 persen menjadi Rp10,45 miliar atau Rp13,57 per saham dibandingkan laba bersih periode sama tahun sebelumnya Rp2.21 miliar atau Rp2,69 per saham
  • PT Millenium Pharmacon Tbk alami kenaikan laba bersih per Maret 2012 sebesar 236,85 persen menjadi Rp2,51 miliar atau Rp3 per saham dibandingkan laba bersih periode sama tahun sebelumnya Rp746,68 juta atau Rp1 per saham
  • PT Alkindo Naratama Tbk (ALDO) mencatat kenaikan penjualan bersih sebesar 14,94% di triwulan pertama tahun ini menjadi Rp 67,15 miliar dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya Rp 58,42 miliar
  • PT Skybee Tbk alami kenaikan laba bersih per Maret 2012 sebesar 49,68 persen menjadi Rp14,03 miliar dibandingkan laba bersih periode sama tahun sebelumnya Rp9,37 miliar
  • PT Indo Straits Tbk alami penurunan laba bersih per Maret 2012 sebesar 2,70 persen menjadi US$980,7 ribu dibandingkan laba bersih periode sama tahun sebelumnya US$1 juta
  • PT Panorama Sentrawisata Tbk (PANR) sepanjang kuartal pertama tahun 2012 mencatat laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk menjadi Rp3,15 miliar dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu sebesar Rp2,32 miliar atau terjadi peningkatan 35,90%.
  • PT Ramayana Lestari Tbk alami kenaikan laba bersih per Maret 2012 sebesar 29,95 persen menjadi Rp39,66 miliar atau Rp5,59 per saham dibandingkan laba bersih periode sama tahun sebelumnya Rp30,52 miliar atau Rp4,30 per saham.
  • PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) mencetak pertumbuhan laba bersih tahun berjalan sebesar 31,20% di triwulan pertama tahun ini menjadi Rp 35,97 miliar, dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya Rp 27,41 miliar.
  • PT Plaza Indonesia Tbk alami penurunan laba bersih per Maret 2012 sebesar 39,50 persen menjadi Rp40,26 miliar atau Rp11,34 per saham dibandingkan laba bersih periode sama tahun sebelumnya Rp66,59 miliar atau Rp18,76 per saham. 
  • Metropolitan Land Tbk alami kenaikan laba bersih per Maret 2012 sebesar 40,28 persen menjadi Rp42,63 miliar atau Rp6,37 per saham dibandingkan laba bersih periode sama tahun sebelumnya Rp30,38 miliar atau Rp5,34 per saham
  • PT Lippo Cikarang Tbk alami kenaikan laba bersih per Maret 2012 sebesar 195,04 persen menjadi Rp89,83 miliar dibandingkan laba bersih periode sama tahun sebelumnya Rp30,45 miliar.
  • PT Polaris Investama Tbk (PLAS) mencatat penurunan laba tahun berjalan sebesar 10,13% di triwulan pertama tahun ini menjadi Rp 1,56 miliar dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya Rp 1,73 miliar
  • PT Golden Retalindo Tbk (GOLD) mencatat penurunan laba bersih sebesar 37,31% di triwulan pertama tahun ini menjadi Rp 788,7 juta dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya Rp 1,25 miliar
  • PT Ciputra Development Tbk alami kenaikan laba bersih periode berjalan per Maret 2012 sebesar 113,14 persen menjadi Rp132,15 miliar atau Rp5,5 per saham dibandingkan laba bersih periode sama tahun sebelumnya Rp61,99 miliar atau Rp2,1 per saham. 
  • PT Duta Pertiwi Tbk alami kenaikan laba bersih per Maret 2012 sebesar 54,51 persen menjadi Rp106,18 miliar atau Rp50,72 per saham dibandingkan laba bersih periode sama tahun sebelumnya Rp60,72 miliar atau Rp32,82 per saham.
  • PT Intiland Development Tbk (DILD), perusahaan yang bergerak dibidang properti, dalam triwulan I tahun 2012 ini meraih laba tahun berjalan sebesar Rp42,24 miliar, dimana angka tersebut lebih rendah 54% dari perolehan laba di tahun 2011 pada periode yang sama sebesar Rp91,84 miliar
  • PT Vale Indonesia Tbk (INCO) hanya berhasil mencetak laba bersih sebesar US$ 3,8
    juta pada kuartal pertama tahun ini. Angka tersebut melorot hingga 96,6% dibandingkan
    pencapaian pada periode yang sama tahun lalu yang sebesar US$ 111,9 juta.
  • PT BFI Finance Tbk alami kenaikan laba bersih per Maret 2012 sebesar 5,4 persen menjadi Rp106,81 miliar atau Rp140 per saham dibandingkan laba bersih periode sama tahun sebelumnya Rp101,33 miliar atau Rp133 per saham.   
  • PT Adhi Karya Tbk alami kenaikan laba bersih per Maret 2012 sebesar 122,68 persen menjadi Rp5,53 miliar atau Rp3,11 per saham dibandingkan laba bersih periode sama tahun sebelumnya Rp2,48 miliar atau Rp1,41 per saham. 
  • PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), yang merupakan salah satu perusahaan properti terkemuka, mencatat peningkatan laba tahun berjalan di kuartal I tahun 2012 sebesar 153,20% atau menjadi Rp147,85 miliar dibandingkan dengan perolehan di tahun lalu pada periode yang sama sebesar Rp58,39 miliar.
  • PT Bank Himpunan Saudara 1906,Tbk (SDRA) mencatat petumbuhan laba tahun berjalan setelah pajak bersih sebesar 93,09% di triwulan pertama tahun ini menjadi Rp 28,78 miliar dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya Rp 14,90 miliar
  • Ultra Jaya Milk meraih laba sebelum pajak Rp93 miliar per Maret 2012 naik 29,98 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang meraih laba sebelum pajak Rp71,54 miliar
  • PT Trias Sentosa Tbk (TRST) di triwulan pertama tahun ini mencatat penurunan laba bersih sebesar 74,83% menjadi Rp 17,52 miliar, dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya Rp 69,63 miliar.
  • Tifa Finance Tbk alami kenaikan laba bersih per Maret 2012 sebesar 58,11 persen menjadi Rp11,46 miliar atau Rp11 per saham dibandingkan laba bersih periode sama tahun sebelumnya Rp7,25 miliar atau Rp7,1 per saham. 
  • PT Bhakti Capital Indonesia Tbk (BCAP) mencatat penurunan laba bersih sebesar 26,17% di triwulan pertama tahun ini menjadi Rp 50,11 miliar, dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya Rp 67,87 miliar
  • Rugi tahun berjalan PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) di triwulan pertama tahun ini mencapai Rp 87,62 miliar dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya yang berhasil mencetak laba mencapai Rp 48,09 miliar
  • Perusahaan pengelola jalan tol, PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP) di kuartal I tahun ini telah meraih laba bersih Rp78,81 miliar, meningkat 3,49% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2011 sebesar Rp76,15 miliar
  • PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) mencatat rugi bersih tahun berjalan sebesar US$ 15 juta di triwulan pertama tahun ini, dibanding dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang berhasil mencetak laba US$ 23,63 juta
  • Elnusa Tbk alami penurunan laba bersih 24,28 persen per Maret 2012 menjadi Rp15,92 miliar atau Rp2,1 per saham dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp21,03 miliar atau Rp2,7 per saham
  • PT Timah (Persero) Tbk (TINS) di kuartal pertama tahun 2012 ini mencatat laba bersih Rp207,7 miliar, atau 41% lebih rendah dibandingkan dengan perolehan laba bersih tahun lalu pada periode yang sama, yakni Rp354,7 miliar
  • PT AHAP Insurance Tbk alami kenaikan laba bersih sebesar 26,79 persen per Maret 2012 menjadi Rp2,79 miliar atau Rp5,60 per saham dibandingkan laba bersih periode sama tahun sebelumnya Rp2,2 miliar atau Rp4,42 per saham
  • PT Gudang Garam Tbk alami kenaikan laba bersih Rp1,20 triliun atau Rp628 per saham di Maret 2012 dibandingkan laba bersih Rp1,10 triliun atau Rp572 per saham
  • Garuda Indonesia,Tbk (GIAA) memperoleh laba komprehensif periode berjalan (comprehensive income) kuartal I 2012 sebesar USD4,9 juta. Laba komprehensive ini naik signifikan dibanding periode yang sama tahun lalu yang mengalami kerugian (loss) USD19,34 juta.
  • PT Alam Sutera Realty Tbk alami kenaikan laba bersih 117,93 persen per Maret 2012 menjadi Rp345,35 miliar atau Rp17,58 per saham dibandingkan laba bersih periode sama tahun sebelumnya Rp158,47 miliar atau Rp8,88 per saham
  • PT Ricky Putra Globalindo Tbk alami kenaikan laba bersih sebesar 7,75 persen per Maret 2012 menjadi Rp5,25 miliar atau Rp8,03 per saham dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang meraih laba bersih Rp4,87 miliar atau Rp7,99 per saham
  • PT Ekadharma Industries Tbk alami kenaikan laba bersih 7,56 persen per Maret 2012 menjadi Rp11,84 miliar atau Rp16,49 per saham dibandingkan laba bersih periode sama tahun sebelumnya Rp10,70 miliar atau Rp15,33 per saham
  • PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) pemilik tunggal waralaba Kentucky Fried Chicken (KFC) di Indonesia hingga Maret 2012 mencatat laba sebesar Rp37,70 miliar atau meningkat 4,89% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya Rp35,94 miliar
  • PT Kertas Basuki Tbk per Maret 2012 alami kenaikan rugi bersih 78,88 persen menjadi Rp5,59 miliar atau Rp2,58 per saham dari rugi bersih Rp3,13 miliar atau Rp1,58 per saham sebelumnya
  • PT Betonjaya Manunggal Tbk alami kenaikan laba bersih 149,64 % per Maret 2012 menjadi Rp7,11 miliar atau Rp39,52 per saham dibandingkan laba bersih periode sama tahun sebelumnya Rp2,85 miliar atau Rp15,83 per saham.
  • PT Multifiling Mitra Indonesia Tbk alami kenaikan laba bersih sebesar 6,80 persen per Maret 2012 menjadi Rp4,07 miliar dari Rp3,81 miliar padai periode sama tahun sebelumnya
  • PT Verena Multifinance Tbk alami kenaikan laba bersih sebesar 3,53 persen per Maret 2012 menjadi Rp5,59 miliar atau Rp5,40 miliar dari periode sama tahun sebelumnya.
  • Bank Mayapada Tbk per Maret 2012 naik 405,19 persen menjadi Rp118,17 miliar atau Rp38,03 per saham dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang Rp23,39 miliar atau Rp8,38 per saham
  • PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), yang merupakan perusahaan ritel dengan merek-merek kelas menengah atas, sepanjang kuartal pertama 2012 telah meraih laba Rp58,36 miliar, meningkat sekitar 33,32% dibandingkan dengan perolehan laba pada periode yang sama tahun 2011 sebesar Rp43,77 miliar.
  • Rig Tenders per Maret 2012 berhasil meraih laba bersih US$166,44 ribu dolar AS dari rugi US$454,17 ribu di periode sama tahun sebelumnya
  • PT Trada Maritime Tbk alami penurunan laba bersih per Maret 2012 sebesar 36.89 persen menjadi Rp38,79 miliar atau Rp3,95 per saham dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang meraih laba bersih Rp61,47 miliar atau Rp7,03 per saham
  • Ristia Bintang Mahkota berhasil menekan rugi bersih hingga 95 persen per Maret 2012 menjadi Rp779,65 juta dibandingkan rugi bersih Rp13,88 miliar periode sama tahun sebelumnya.
  • Indo Acidatama/SRSN meraih kenaikan laba bersih per Maret 2012 sebesar 756 persen menjadi Rp8,28 miliar atau Rp1,38 per saham dibandingkan laba bersih Rp967,19 juta atau Rp0,16 per saham
  • PT Eratex Djaja Tbk (ERTX) meraih laba bersih Rp1,62 miliar di kuartal pertama 2012 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya perseroan mengalami rugi sebesar Rp2,36 miliar. laba bersih per saham tercatat sebesar Rp11 dibandingkan tahun sebelumnya yang rugi Rp24
  • Bentoel Investama Tbk menderita rugi bersih Rp35,58 miliar per Maret 2012 atau Rp4,91 per saham dibandingkan laba bersih Rp111,67 miliar atau Rp15,42 per saham.
  • PT Multi Indocitra Tbk (MICE), perusahaan distributor produk perawatan dan perlengkapan kebutuhan bayi, di kuartal pertama tahun ini meraih laba sebesar Rp8,15 miliar. Angka tersebut mengalami sedikit penurunan bila dibandingkan dengan perolehan laba pada periode yang sama tahun sebelumnya Rp10,61 miliar
  • Ciputra Property Tbk alami kenaikan laba bersih sebesar 143,31 persen per Maret 2012 menjadi Rp72,62 miliar dari laba bersih Rp29,84 miliar dimana laba per saham menjadi Rp12 dari Rp5
  • Selamat Sempurna Tbk alami kenaikan laba bersih tipis sebesar 1,18 persen per Maret 2012 menjadi Rp48,21 miliar dari laba bersih Rp47,65 miliar dengan laba bersih per saham sama Rp33
  • PT Indofarma, Tbk (INDF) untuk pertamakalinya berhasil mencetak laba di kuartal pertama tahun ini sebesar Rp150 juta. "Untuk pertama kalinya Indofarma sudah mencetak laba di kuartal pertama sebesar Rp150 juta
  • PT Japfa Comfeed Tbk alami penurunan laba bersih per Maret 2012 sebesar 29,52 persen menjadi Rp185,30 miliar atau Rp89 per saham dibandingkan laba bersih Rp262,95 miliar atau Rp127 per saham
  • PT Royal Oak Development Tbk meraih laba bersih Rp10,22 miliar per Maret 2012 dari rugi bersih Rp62,09 juta periode sama tahun sebelumnya. Keterangan perseroan Senin menyebutkan pendapatan usaha naik jadi Rp46,52 miliar dari pendapatan usaha sebelumnya Rp36,50 miliar dan beban pokok turun jadi Rp28,49 miliar dari Rp36,33 miliar
  • PT Pakuwon Jati Tbk alami kenaikan laba bersih per Maret 2012 sebesar 48,68 persen menjadi Rp170,45 miliar atau Rp3,54 per saham dari laba bersih periode sama tahun sebelumnya Rp114.64 miliar atau Rp2,86 per saham
  • PT Catur Sentosa Tbk alami kenaikan laba bersih per Maret 2012 sebesar 6,39 persen menjadi Rp19,48 miliar atau Rp7 per saham dari laba bersih periode sama tahun sebelumnya Rp18,31 miliar atau Rp6 per saham
  • PT Gajah Tunggal Tbk alami penurunan laba bersih per Maret 2012 sebesar 23,34 persen menjadi Rp254,26 miliar atau Rp73 per saham dari laba bersih periode sama tahun sebelumnya Rp331,70 miliar atau Rp95 per saham. 
  • PT Yanaprima Hastapersada Tbk alami penurunan laba per Maret 2012 sebesar 26,47 persen menjadi Rp3,47 miliar atau Rp5 per saham dibandingkan laba per Maret 2011 yang Rp4,72 miliar atau Rp7 per saham
  • PT Saranacentral Bajatama alami kenaikan laba per Maret 2012 sebesar 41,82 persen menjadi Rp12,86 miliar dibandingkan laba per Maret 2011 yang Rp9,07 miliar
  • PT Duta Graha Indah alami penurunan laba per Maret 2012 sebesar 51,23 persen menjadi Rp5,16 miliar dibandingkan laba per Maret 2011 yang Rp10,58 miliar.
  • PT Asuransi Bintang Tbk alami kenaikan per Maret 2012 sebesar 1755 persen menjadi Rp5,04 miliar dibandingkan laba per Maret 2011 yang Rp271,68 juta
  • PT Metrodata Electronics alami kenaikan laba bersih yang dapat didistribusikan kepada pemilik entitas induk per Maret 2012 sebesar 185,58 persen menjadi Rp14,60 miliar atau Rp6,50 per saham dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang meraih laba Rp6,05 miliar atau Rp2,39 per saham
  • PT Panin Life Tbk alami kenaikan laba bersih per Maret 2012 sebesar 27,63 persen menjadi Rp287,20 miliar dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang meraih laba bersih Rp207,68 miliar
  • PT KMIW Wire Cable per Maret alami kenaikan laba bersih sebesar 66,77 persen per Maret 2012 menjadi Rp25,60 miliar atau Rp6,39 per saham dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang meraih laba bersih Rp15,35 miliar atau Rp3,83 per saham
  • PT Suparma Tbk alami penurunan laba bersih sebesar 45,64 persen menjadi Rp5,23 miliar atau Rp3 per saham dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang meraih laba bersih Rp9,62 miliar atau Rp6 per saham
  • PT Asiaplast Tbk alami penurunan laba bersih per Maret 2012 sebesar 18,67 persen menjadi Rp4,45 miliar atau Rp2,97 per saham dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang meraih laba bersih Rp5,47 miliar atau Rp3,65 per saham
  • PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk (BBNP) meraih laba Rp21,34 miliar di Q-1 tahun ini atau meningkat 13,65% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2011 sebesar Rp18,77 miliar
  • PT Ace Hardware Tbk alami kenaikan laba bersih per Maret 2012 sebesar 54,71 persen menjadi Rp86,06 miliar dari laba bersih periode sama tahun sebelumnya Rp55,62 miliar. Keterangan perseroan Senin menyebutkan, penjualan naik jadi Rp720,79 miliar dari Rp525,88 miliar dan beban pokok naik jadi Rp372,41 miliar dari beban pokok sebelumnya Rp298,11 miliar
  • PT Nippo Sari Roti Tbk alami kenaikan laba bersih per Maret 2012 sebesar 19,97 persen menjadi Rp32,34 miliar atau Rp32,06 per saham dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang meraih laba bersih Rp27,05 miliar atau Rp26,65 per saham
  • PT Colorpak Indonesia Tbk per Maret 2012 alami penurunan laba bersih sebesar 7,21 persen menjadi Rp9,28 miliar atau Rp30,32 per saham dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang meraih laba bersih Rp10,01 miliar atau Rp32,68 per saham
  • PT Champions Pasific Tbk alami kenaikan laba bersih yang dapat didistribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar 10,9 persen per Maret 2012 menjadi Rp9,81 miliar dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang meraih laba bersih Rp8,45 miliar
  • PT XL Axiata Tbk (EXCL) sepanjang kuartal I/2012 berhasil meraih pendapatan usaha sebesar Rp4,89 triliun atau meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2011 sebesar Rp4,48 triliun. Namun, untuk laba yang diraih di Q-1/2012 sedikit turun bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2011 dari Rp756,05 miliar menjadi Rp667,20 miliar
  • PT Alumindo Light Metal Tbk per Maret 2012 alami penurunan laba bersih sebesar 79,42 % menjadi Rp5,32 miliar atau Rp17,28 per saham dibandingkan laba bersih periode sama tahun sebelumnya Rp25,87 miliar atau Rp84 per saham
  • PT Salim Ivomas Tbk alami penurunan laba bersih yang dapat didistribusikan kepada pemilik entitas induk periode per Maret 2012 sebesar 20,68 persen menjadi Rp418,25 miliar atau Rp26 per saham dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang meraih laba Rp527,35 miliar atau Rp42 per saham
  • Bank Bukopin Tbk per Maret 2012 meraih laba bersih Rp178 miliar naik 17,55 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp151,43 miliar
  • PT Bank Panin alami kenaikan laba bersih per Maret 2012 sebesar 36,21 persen menjadi Rp478,84 miliar dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang meraih laba bersih periode sama tahun sebelumnya Rp351,70 miliar
  • Bank Jabar Banten Tbk meraih kenaikan laba bersih Rp279,07 miliar per Maret 2012 naik 7,33 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp260 miliar
  • PT Asuransi Multi Artha Guna alami penurunan laba bersih 9,6 persen per Maret 2012 menjadi Rp19,67 miliar dibandingkan laba bersih periode sama tahun sebelumnya Rp21,76 miliar
  • PT Minna Padi Investama Tbk meraih laba bersih sebesar Rp31,70 miliar per Maret 2012 atau Rp24,97 per saham dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang meraih laba bersih Rp375,13 juta atau Rp0,38 per saham
  • PT Total Bangun Persada meraih kenaikan laba bersih 6,7 persen per Maret 2012 menjadi Rp32,39 miliar atau Rp9,50 per saham dibandingkan laba bersih periode sama tahun sebelumnya yang Rp30,36 miliar atau Rp8.90 per saham.
  • PT Pembangunan Perumahan Tbk alami kenaikan laba bersih per Maret 2012 sebesar 16,87 persen menjadi Rp28,25 miliar atau Rp6 per saham dibandingkan laba bersih per Maret 2011 yang Rp24,17 miliar atau Rp5 per saham. 
  • PT Tigaraksa Satria Tbk meraih kenaikan laba bersih sebesar 4,63 persen per Maret 2012 menjadi Rp30,04 miliar atau Rp31 per saham dibandingkan laba bersih periode sama tahun sebelumnya Rp28,71 miliar atau Rp29 per saham. 
  • PT Hero Supermarket Tbk meraih kenaikan laba bersih per Maret 2012 sebesar 27,19 persen menjadi Rp70,64 miliar atau Rp21 per saham dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang meraih laba bersih Rp55,54 miliar atau Rp17 per saham
  • PT CItra Tubindo Tbk mengalami penurunan laba bersih per Maret 2012 sebesar 71,24 persen menjadi US$6,04 juta atau $0,0071 per saham dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang meraih laba bersih US$18,76 juta atau $0,0234 per saham
  • PT Bank Artha Graha International Tbk meraih kenaikan laba bersih sebesar 27,34 persen per kuartal pertama tahun ini menjadi Rp24,47 miliar dibandingkan periode sama taun sebelumnya yang meraih laba bersih Rp19,21 miliar atau menjadi Rp2,85 per saham dari Rp2,24 per saham
  • Gunawan Djaya Steel Tbk alami penurunan laba sebesar 93,72 persen menjadi Rp3,94 miliar atau Rp0,5 per saham per Maret 2012 dibandingkan laba bersih periode sebelumnya yang Rp62,91 miliar atau Rp8 per saham
  • Resources Alam Indonesia Tbk meraih kenaikan laba bersih per Maret 2012 sebesar 21,14 persen menjadi Rp99,26 miliar atau Rp99 per saham dibandingkan laba bersih periode sama tahun sebelumnya Rp81,93 miliar atau Rp82 per saham
  • PT Bank Rakyat Indonesia Tbk meraih kenaikan laba bersih sebesar 29,31 persen per Maret 2012 menjadi Rp4,21 triliun atau Rp175,80 per saham dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang meraih laba bersih Rp3,26 triliun atau Rp135,95 per saham
  • PT Bank Victoria Tbk alami penurunan laba per Maret 2012 sebesar 50,47 persen menjadi Rp48,35 miliar atau Rp7 per saham dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang meraih laba bersih Rp97,61 miliar atau Rp23 per saham
  • Bank Sinarmas Tbk alami laba bersih Rp39.20 miliar atau naik 20,64 persen per Maret 2012 dibandingkan laba bersih periode sama tahun sebelumnya yang Rp32,49 miliar
  • PT Bank Central Asia Tbk meraih kenaikan laba sebesar 14,3 persen per triwulan I 2012 menjadi Rp2,3 triliun dibandingkan laba periode sama tahun sebelumnya yang Rp2 triliun
  • Sona Topas Tourisme Tbk meraih kenaikan laba bersih sebesar 18,93 persen per Maret 2012 menjadi Rp35,45 miliar atau Rp107 per saham dibandingkan laba bersih periode sama tahun sebelumnya Rp29,80 miliar atau Rp90 per saham
  • PT Yulie Sekurindo Tbk (YULE) mencatat laba tahun berjalan di kuartal pertama 2012 sebesar Rp169,92 juta, lebih rendah dibandingkan dengan perolehan laba pada periode yang sama tahun sebelumnya Rp216,75 juta
  • PT Telekomunikasi Indonesia Tbk meraih kenaikan laba bersih sebesar 19,22 persen per Maret 2012 menjadi Rp4,56 triliun atau Rp172,20 per saham dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang meraih laba bersih Rp3,82 triliun atau Rp143,79 per saham
  • PT AKR Corporindo Tbk meraih kenaikan laba bersih per Maret 2012 sebesar 28,49 persen menjadi Rp154,33 miliar dari laba bersih Rp120,11 miliar. Keterangan perseroan Kamis menyebutkan pendapatan dari operasi yang dilanjutkan Rp5,14 triliun dari pendapatan sebelumnya Rp4,35 triliun dan beban pokok naik jadi Rp4,85 triliun dari Rp4,13 triliun
  • PT Bank Windu Kentjana International Tbk (MCOR) sepanjang triwulan pertama di tahun ini berhasil mencatat laba tahun berjalan sebesar Rp26,65miliar atau meningkat signifikan sekitar 588,15% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2011 sebesar Rp3,87 miliar
  • PT Media Nusantara Citra Tbk meraih laba bersih sebesar Rp352 miliar per triwulan I 2012 naik 45 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang meraih laba bersih Rp243 miliar
  • PT Global Mediacom Tbk meraih kenaikan laba sebesar 40 persen per Maret 2012 menjadi Rp275 miliar dibandingkan laba bersih periode sama tahun sebelumnya yang Rp196 miliar
  • PT Sumber Alfaria Tbk meraih laba bersih Rp9,46 miliar per Maret 2012 atau Rp2,69 per saham dibandingkan rugi bersih Rp14,74 miliar atau rugi per saham Rp4,30 di periode sama tahun sebelumnya
  • PT Bukit Asam Tbk meraih kenaikan laba bersih per Maret 2012 sebesar 14,07 persen menjadi Rp867,34 miliar atau Rp376 per saham dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang meraih laba bersih Rp760,32 miliar atau Rp330 per saham
  • Bank BTPN mencetak laba bersih di kuartal pertama tahun ini sebesar Rp439 miliar dari angka sebelumnya tahun lalu Rp271,9 miliar
  • PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mencatat laba bersih hingga Maret 2012 sebesar Rp3,4 triliun. Jumlah tersebut menurun dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp3,8 triliun
  • PT Jaya Pari Steel Tbk menderita rugi sebesar Rp1,53 miliar per Maret 2012 dibandingkan laba sebesar Rp23,93 miliar di periode sama tahun sebelumnya
  • PT United Tractors Tbk (UNTR) mencatat kenaikan laba setelah pajak yang diatribusikan kepada pemegang saham induk sebesar 17,64% per 31 Maret 2012 menjadi Rp 1,52 ttiliun dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya Rp 1,29 triliun. 
  • PT Astra International Tbk (ASII) mencatatkan kenaikan laba bersih sebesar 8 persen menjadi Rp4,6 triliun pada kuartal I-2012 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp4,3 triliun. Laba bersih per saham juga naik 8 persen menjadi Rp1.148 dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp1.063 per saham.
  • Panin Sekuritas Tbk meraih kenaikan laba bersih per Maret 2012 sebesar 79,02 persen menjadi Rp72,18 miliar atau Rp100,26 per saham jika dibandingkan dengan laba bersih Rp40,32 miliar di tahun sebelumnya atau Rp56 per saham
  • PT Bank Tabungan Negara meraih kenaikan laba bersih sebesar 27,66 persen menjadi Rp313 miliar per Maret 2012 dibandingkan laba bersih periode sama tahun sebelumnya Rp245 miliar
  • Kalbe Farma dan entitas anak, mengumumkan laba bersih konsolidasi sebesar Rp403 miliar untuk triwulan I 2012 naik 27,7 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang Rp316 miliar. Laba per saham naik menjadi Rp43 dari Rp34 per lembar saham
  • PT Enseval Putera Megatrading Tbk (EPMT) meraih laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp76,34 miliar di Q1-2012 atau meningkat 28,25% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2011 sebesar Rp59,52 miliar
  • PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) mengalami kenaikan tipis laba bersih sebesar 1,34 persen per Maret 2012 menjadi Rp262,52 miliar atau Rp68 per saham dibandingkan laba bersih periode sama tahun sebelumnya yang Rp259,04 miliar atau Rp67 per saham
  • PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) menderita penurunan laba bersih sebesar 42,21 persen per Maret 2012 menjadi Rp377,90 miliar atau Rp239,98 per saham dibandingkan laba bersih periode sama tahun sebelumnya yang Rp654,03 miliar atau Rp415,33 per saham
  • Wahana Phoenix Tbk meraih laba sebesar Rp126,9 juta per Maret 2012 usai menderita rugi bersih Rp69,52 miliar hingga akhir Desember 2011
  • PT Astra Graphia Tbk meraih laba bersih sebesar Rp33,63 miliar per Maret 2012 atau Rp24,94 per saham naik 53,23 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang meraih laba bersih Rp21,54 miliar atau Rp15,97 per saham
  • PT BW Plantations Tbk meraih laba bersih sebesar Rp82,25 miliar per Maret 2012 atau Rp20.37 per saham naik 52,05 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang meraih laba bersih Rp54,10 miliar atau Rp13,40 per saham
  • BBLD  Laba bersih diraih sebesar Rp36 miliar per kuartal I 2012 dibandingkan laba bersih periode sama tahun sebelumnya Rp22 miliar atau naik 63 persen
  • Laba per Maret 2012 PT Tunas Ridean Tbk naik 40,71 persen menjadi Rp107,16 miliar atau Rp19 per saham dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang meraih laba bersih Rp76,15 miliar atau Rp14 per saham. 
  • Pendapatan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) sampai dengan kuartal I 2012 mencapai Rp2,58 triliun atau turun 6,5% dibanding periode yang sama 2011 sebesar Rp2,76 triliun.
  • PT Bank ICB Bumiputera Tbk (BABP) membukukan laba bersih pada Quarter 1 2012 sebesar 6,0 miliar. Hal ini lebih baik bila di bandingkan dengan periode yang sama di tahun 2011 sebesar 2,3 miliar. Dengan demikian, laba bersih per saham setara dengan Rp 1.09 per lembar.
  • BDMN > Bank Danamon di kuartal pertama 2012 meraih laba bersih Rp900 miliar atau naik 18 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang Rp763 miliar
  • PT Danasupra Erapacific Tbk (DEFI)  membukukan laba bersih pada Quarter 1 2012 sebesar 464,4 juta. Hal ini lebih baik bila di bandingkan dengan periode yang sama di tahun 2011 sebesar 361,3 juta. Dengan demikian, laba bersih per saham setara dengan Rp 6.87 per lembar.